Yang menarik, pengguna MRT Jakarta didominasi kalangan muda, karyawan yang bekerja di koridor Thamrin dan Sudirman, dengan busana rapi dan aroma mewangi.
Meski tidak terdapat angka presisi mengenai hal ini, sejumlah eksekutif muda yang diwawancarai Kompas.com mengakui bahwa untuk mobilitas sehari-hari mereka lebih memilih MRT Jakarta ketimbang kendaraan pribadi.
Senior Marketing and Business Development PT Tokyuland Ardian J Fatkoer, contohnya. Pria ini bisa dikatakan pengguna setia MRT Jakarta.
"Alhamdulillah, sejak MRT beroperasi, saya sudah tidak pernah naik kendaraan pribadi lagi ke kantor. Ini beda bangetlah. Dari sisi waktu perjalanan, sangat jelas, bensin juga enggak ada, enggak perlu kena macet lagi, enggak perlu bayar parkir, dan terutama saya tinggal duduk, tidur, sampai deh," kisah Ian, sapaan akrabnya, kepada Kompas.com, Sabtu (16/11/2019).
Sebelumnya, dari sisi road user cost, Ian harus merogoh kocek tak kurang dari Rp 2,8 juta per bulan. Biaya ini mencakup bensin Rp 400.000 per minggu dan parkir Rp 50.000 per hari.
Sementara dengan MRT Jakarta, Ian hanya perlu membayar Rp 10.000 biaya parkir per hari di Park and Ride Fatmawati, dan Rp 28.000 perjalanan ulang alik dari Stasiun Fatmawati (awal perjalanan) menuju Bundaran HI untuk kemudian berjalan kaki ke kantornya di The Plaza Tower Lantai 19, Kompleks Plaza Indonesia.
Untuk diketahui, road user cost adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengguna jalan untuk menempuh suatu perjalanan, yang antara lain terdiri atas biaya bahan bakar, oli, waktu tempuh, parkir, dan lain-lain.
"Naik MRT waktu menjadi jauh lebih efisien, Fatmawati-Bundaran HI hanya 28 menit. Sementara kalau naik mobil bisa 1 jam 30 menit," ungkap Ian.
Selain bisa memangkas waktu tempuh dan biaya perjalanan, Ian merasa dengan naik MRT, kenyamanan dan keamanan demikian terjamin.
Baca juga: Gedung Kantor yang Dilewati MRT Lebih Diminati
Sambil berseloroh Ian mengatakan, tak takut lagi mengenakan tas backpack di punggung, dan menyimpan sepeda lipat di ujung kereta.
"Aman dan nyaman deh," kata dia.
Tak hanya Ian, teman-teman ekspatriatnya yang asal Jepang pun beramai-ramai menggunakan MRT sebagai moda sehari-hari.
Bahkan, Takanori Hayashi mengatakan, MRT Jakarta jauh lebih nyaman dibanding subway di Tokyo dan Osaka.
Menurutnya, di MRT Jakarta penumpang tidak boleh makan dan minum, sementara di Tokyo dan Osaka tak ada larangan untuk itu.
Biasanya setelah lelah bekerja, mereka makan dan minum, beberapa di antaranya bahkan tidur di kereta.
"Bawa binatang peliharaan pun diperbolehkan asal dengan kandangnya," kata Hayashi.