Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Berat Bangun Tol Layang Terpanjang, Mulai dari Macet hingga SUTET

Kompas.com - 19/09/2019, 10:30 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat dalam waktu dekat dapat sedikit bernapas lega dari parahnya kemacetan di ruas Tol Jakarta-Cikampek. Pasalnya, pekerjaan konstruksi Tol Layang Jakarta-Cikampek II (elevated) dalam waktu dekat segera selesai.

Hingga 18 September 2019, progres konstruksi jalan berbayar itu telah mencapai 96,5 persen. PT Waskita Karya (Persero) Tbk selaku kontraktor pelaksana proyek milik PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) menyebut, yang tersisa hanyalah pekerjaan minor yang dapat diselesaikan dengan cepat.

"Misalnya pengaspalan, rambu dan marka jalan, gardu tol, kantor tol, dan lain sebagainya. Alhamdulillah pekerjaan erection girder yang sebagian besar membuat lalu lintas di Jakarta-Cikampek eksisting ini berat sudah kami selesaikan," kata Project Manager Tol Jakarta-Cikampek Elevated Fatkhur Rozaq di lokasi, Rabu (18/9/2019).

Baca juga: Jalan Tol Layang Terpanjang di Indonesia Siap Dilintasi Saat Natal

Salah satu dari sejumlah tantangan menyelesaikan jalan tol layang terpanjang di Indonesia ini adalah kemacetan di ruas eksisting.

Material konstruksi yang diangkat cukup berat sehingga membutuhkan waktu untuk membersihkan area ketika pengangkatan dilakukan.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono didampingi Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk Desy Arryani saat mendengarkan penjelasan terkait pembangunan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) oleh Direktur Utama PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek Djoko Dwijono, Kamis (19/9/2019). Saat ini, pekerjaan konstruksi jalan tol layang tersebut telah mencapai 96,5 persen.KOMPAS.COM/DANI PRABOWO Menteri PUPR Basuki Hadimuljono didampingi Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk Desy Arryani saat mendengarkan penjelasan terkait pembangunan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) oleh Direktur Utama PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek Djoko Dwijono, Kamis (19/9/2019). Saat ini, pekerjaan konstruksi jalan tol layang tersebut telah mencapai 96,5 persen.
Kendala lain ialah adanya menara Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang tersebar di 12 titik, yang tersebar di Km 9, Km 14, Km 17, Km 266, Km 28, Km 35, dan Km 38.

Namun, dari seluruh menara SUTET tersebut, yang paling berat penyelesaiannya berada di Km 17.

Fatkhur mengatakan, pengangkatan sambungan menara SUTET berkapasitas 500 KV ini telah direncanakan sejak April 2019.

Baca juga: Tol Layang Jakarta-Cikampek Aman dari Ancaman Megathrust?

Namun, realisasinya baru terlaksana pada 8 September. Hal itu disebabkan, pemerintah tak ingin kegiatan tersebut mengganggu stabilitas nasional.

Untuk diketahui, daya yang disalurkan melalui menara tersebut selain menyalurkan listrik untuk masyarakat yang tinggal di sepanjang Cibinong hingga Bekasi, juga untuk menyuplai listrik di Istana Negara.

Sementara pada saat bersamaan tengah terjadi perhelatan Pemilu 2019. 

Untuk pemindahan itu, Fatkhur mengatakan, Kantor Staf Kepresidenan (KSP) sampai turun tangan.

Tol Layang Jakarta-CikampekPT Jasa Marga (Persero) Tbk Tol Layang Jakarta-Cikampek
Sebab, pemindahan, pemutusan, hingga penyambungan kabel kembali memakan waktu hingga tujuh minggu dan pemadaman sambungan listrik terpaksa dilakukan secara bergilir setiap akhir pekan. 

Baca juga: Oktober, Tol Layang Terpanjang di Indonesia Jalani Uji Beban

Konsorsium dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk pun dibuat untuk menyelesaikannya. Adapun pelaksanaan peninggian SUTET dikerjakan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang menggarap proyek Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC).

"Ini karena ketinggian yang disyaratkan lebih tinggi. Kalau elevated dan LRT tower-nya cukup 70 meter, KCIC tingginya harus 100 meter," papar Fatkhur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com