JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat dalam waktu dekat dapat sedikit bernapas lega dari parahnya kemacetan di ruas Tol Jakarta-Cikampek. Pasalnya, pekerjaan konstruksi Tol Layang Jakarta-Cikampek II (elevated) dalam waktu dekat segera selesai.
Hingga 18 September 2019, progres konstruksi jalan berbayar itu telah mencapai 96,5 persen. PT Waskita Karya (Persero) Tbk selaku kontraktor pelaksana proyek milik PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) menyebut, yang tersisa hanyalah pekerjaan minor yang dapat diselesaikan dengan cepat.
"Misalnya pengaspalan, rambu dan marka jalan, gardu tol, kantor tol, dan lain sebagainya. Alhamdulillah pekerjaan erection girder yang sebagian besar membuat lalu lintas di Jakarta-Cikampek eksisting ini berat sudah kami selesaikan," kata Project Manager Tol Jakarta-Cikampek Elevated Fatkhur Rozaq di lokasi, Rabu (18/9/2019).
Baca juga: Jalan Tol Layang Terpanjang di Indonesia Siap Dilintasi Saat Natal
Salah satu dari sejumlah tantangan menyelesaikan jalan tol layang terpanjang di Indonesia ini adalah kemacetan di ruas eksisting.
Material konstruksi yang diangkat cukup berat sehingga membutuhkan waktu untuk membersihkan area ketika pengangkatan dilakukan.
Namun, dari seluruh menara SUTET tersebut, yang paling berat penyelesaiannya berada di Km 17.
Fatkhur mengatakan, pengangkatan sambungan menara SUTET berkapasitas 500 KV ini telah direncanakan sejak April 2019.
Baca juga: Tol Layang Jakarta-Cikampek Aman dari Ancaman Megathrust?
Namun, realisasinya baru terlaksana pada 8 September. Hal itu disebabkan, pemerintah tak ingin kegiatan tersebut mengganggu stabilitas nasional.
Untuk diketahui, daya yang disalurkan melalui menara tersebut selain menyalurkan listrik untuk masyarakat yang tinggal di sepanjang Cibinong hingga Bekasi, juga untuk menyuplai listrik di Istana Negara.
Sementara pada saat bersamaan tengah terjadi perhelatan Pemilu 2019.
Untuk pemindahan itu, Fatkhur mengatakan, Kantor Staf Kepresidenan (KSP) sampai turun tangan.
Baca juga: Oktober, Tol Layang Terpanjang di Indonesia Jalani Uji Beban
Konsorsium dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk pun dibuat untuk menyelesaikannya. Adapun pelaksanaan peninggian SUTET dikerjakan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang menggarap proyek Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC).
"Ini karena ketinggian yang disyaratkan lebih tinggi. Kalau elevated dan LRT tower-nya cukup 70 meter, KCIC tingginya harus 100 meter," papar Fatkhur.
Fatkhur menambahkan, bila merujuk mekanisme urutan (sequence), sedianya proyek sepanjang 36,4 kilometer tak bisa beroperasi akhir tahun ini.
Hal ini karena pengaspalan semestinya baru dapat dilakukan setelah seluruh girder tersambung pada pierhead.
"Kalau memperhatikan jadwal normatif, artinya mengikuti sequence setelah slab itu tersambung atau aspal di lokasi SUTET itu tersambung, semestinya butuh waktu minimal 12 minggu. Jadi, itu selesai baru di minggu kedua Desember," ujarnya.
Bila itu terjadi, tol ini tidak dapat dibuka fungsional saat Natal dan Tahun Baru 2020. Selain itu, masih ada serangkaian tes uji beban yang harus dilakukan sebelum dapat digunakan.
Baca juga: 9 Fakta Jalan Tol Layang Terpanjang di Indonesia
Namun, Fatkhur mengakali dengan mengaspal bagian-bagian yang telah tersambung sebagian dengan metode aspal transfering system.
Saat ini, pengaspalan baru mencapai 30 persen dan ditargetkan selesai sepenuhnya pada 26 September 2019.
Sementara secara simultan akan dilaksanakan uji beban pada 23 September.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.