JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPD REI Jawa Barat (Jabar) Joko Suranto menyangsikan pembangunan Sejuta Rumah 2019 mencapai target.
Hal ini menyusul kuota bantuan subsidi rumah yang disalurkan pemerintah melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) terus menipis, dan tambahan 100.000 unit kuota yang dijanjikan pun tak kunjung cair.
Seperti diketahui, menipisnya alokasi anggaran FLPP karena tingkat serapan yang tinggi. Dari target 68.858 unit rumah subsidi FLPP yang akan disalurkan, realisasi hingga kuartal II-2019 telah mencapai 67 persen atau sekitar 46.174 unit.
Sementara di sisi lain, pengembang rumah subsidi harus tetap menjalankan operasionalnya.
Tak hanya membangun rumah untuk memenuhi komitmen dari kuota FLPP tahun sebelumnya, juga harus membayar karyawan, kontraktor, pemasok material bangunan, konsultan, tukang bangunan dan lain-lain.
Baca juga: Kuota Rumah FLPP Ditambah Jadi 100.000 Unit
"Ini masalah besar yang jika tidak segera dicairkan, para pengembang rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) berpotensi kolaps," ujar Joko kepada Kompas.com, Jumat (23/8/2019).
Per 23 Agustus saja, ungkap Joko, anggota DPD REI Jabar tinggal 411 pengembang dari sebelumnya 480 pengembang pada 2018.
Selain karena kurang cakap dalam manajerial, penyusutan jumlah ini sebagian besar karena pengembang sudah tak mendapat jatah FLPP.
Joko menilai, kondisi seperti ini sangat memprihatikan. Pemerintah seharusnya mengubah politik anggaran menjadi lebih berpihak kepada MBR.
"Perumahan itu kebutuhan primer. Sama dengan pangan dan sandang. Backlog saja masih 13,6 juta unit, belum lagi kebutuhan 800.000 unit per tahun. Sementara pemenuhan hanya 500.000 unit. Ini angka asumsi. Bagaimana bisa sejuta rumah tercapai," terang Joko.
Namun, ada pula bank pelaksanaya yang kurang menunjukkan performanya dalam menyalurkan FLPP.
"Kami akan mengalihkan kuota FLPP dari bank-bank yang tidak perform itu ke BTN dan beberapa bank lain yang kehabisan kuota FLPP," kata Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Eko D Heripoerwanto dalam keterangan tertulisnya.
Baca juga: Menyerah, Kementerian PUPR Akui Tak Sanggup Bangun Sejuta Rumah
Baik buruknya kinerja bank dalam penyaluran FLPP diukur dari capaian semester pertama yang tidak mencapai 25 persen.
"Dari bank yang kami nilai tidak perform, kuotanya bisa kami alihkan ke BTN atau bank lain yang sekarang ini kehabisan kuota," ujarnya.