JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam lima tahun ke depan, Jakarta akan diramaikan oleh pengembangan hunian berbasis transit oriented development (TOD) terintegrasi moda raya terpadu (MRT).
Beberapa proyek baru yang sedang digarap di sepanjang jalur MRT ini adalah SQ Res milik PT Intiland Development Tbk dan Arumaya yang dikembangkan Astra Property.
Sedangkan yang telah beroperasi dan sedang dalam pembangunan adalah Branz Simatupang dari Tokyu Land dan Fatmawati City Center yang dibangun Agung Sedayu Group.
"Proyek-proyek tersebut lebih dicari, dan segmennya memang untuk menengah atas," ujar Senior Manager Reserach and Consultancy Leads Property Indonesia Samuel Martin Hutapea kepada Kompas.com, Selasa (30/7/2019).
Menurut Martin, hunian di sekitar jalur MRT, akan lebih berpotensi dikembangkan untuk segmen menengah atas (entry level) karena lokasi Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat lebih premium dibandingkan lokasi di sekitar jalur LRT yang sebagian besar berada di Jakarta Timur, Bekasi dan Bogor.
Baca juga: Marmer Italia, Kloset Jerman, Ini Spesifikasi Apartemen Mewah Jakarta
Terbukti mereka yang menggunakan MRT, yang sampai saat ini sudah mencapai angka 90.000 per orang per hari, adalah karyawan di perkantoran sepanjang koridor Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.
"Jadi, apartemen-apartemen ini yang lebih dimintai konsumen menengah ke atas saat ini," imbuh Martin.
Tak hanya bagi pembeli, tren MRT yang mengubah gaya hidup masyarakat juga berdampak pada pengembang yang dengan agresif menawarkan hunian sesuai dinamika zaman.
Unit-unit apartemen yang masih kosong akan difungsikan sebagai Co-Living untuk menarik pengusaha-pengusaha start-up companies.
Baca juga: Ini Lima Apartemen Mewah Termahal di Jakarta
Sementara untuk pasar kondominium mewah, akan dijual sebagai branded residence yang dikombinasikan dengan apartemen servis. Pada umumnya hunian seperti ini berada di CBD dan lokasi tertentu di Jakarta Selatan.
Selain itu, kata Martin, hal lain yang akan dilakukan pengembang adalah menawarkan cara pembayaran yang menarik, khususnya bagi kalangan milenial.
Terutama untuk segmen uang muka atau down payment yang bisa dicicil, yang diikuti oleh jangka waktu cicilan yang lebih panjang agar cicilan per bulan lebih ringan bagi pembeli serta dilengkapi opsi balloon payment.
Pengembang akan bekerja sama dengan bank untuk menawarkan cicilan apartemen dengan jangka waktu yang lebih lama, misalkan sampai 15 tahun.
Baca juga: Apartemen Rp 43,4 Miliar Dibayar Kontan, Enggak Pake Nyicil
Sementara untuk apartemen kelas menengah bawah, seiring dengan beroperasinya light rail transit (LRT) dalam dua tahun ke depan, pembeli dengan budget terbatas, akan memilih produk yang terintegrasi dengan moda transportasi ini.