Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Cara Menyiasati Sepinya "Trade Center" (V)

Kompas.com - 05/07/2019, 21:42 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak banyak konsumen yang masih melirik jajaran kios-kios di pusat perbelanjaan trade center.

Pemberitaan Kompas.com sebelumnya menyebutkan, kios-kios yang berada di sejumlah trade center  sepi pembeli.

Untuk menyiasatinya, ada cara yang bisa diterapkan. Salah satunya adalah berinovasi. Hal ini menurut Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alexander Stefanus Ridwan, merupakan siasat agar bisnis ritel dapat bertahan.

Baca juga: Ini Penyebab Turunnya Kejayaan ITC (I)

Selain itu, para pelaku usaha dan pengelola pusat perbelanjaan tersebut, dapat melakukan beberapa cara ini:

Menyatukan visi pedagang dan pengelola

Menurut Stefanus, para pedagang dan juga pengelola harus menyatukan visi. Ini karena setiap kios bisa dimiliki oleh perorangan, atau pun kelompok sehingga menyebabkan pengelola dan atau pengembang kesusahan untuk menyatukan pendapat seluruh pemilik kios.

"Kalau bersatu, banyak trade center yang masih laku. Tapi kalau semuanya masih mentingin diri sendiri, enggak mau memecahkan bareng-bareng ya repot," ungkap Stefanus kepada Kompas.com, Rabu (3/7/2019).

Menerapkan omnichannel

Salah satu syarat untuk bertahan di industri ini adalah dengan menerapkan beragam inovasi salah satunya omnichannel.

Baca juga: Ini Penyebab Turunnya Kejayaan ITC (II)

Dengan cara ini, pelanggan bisa menggunakan lebih dari satu channel penjualan. Bukan hanya toko fisik, mereka juga dapat menawarkan barang dagangannya di e-commerce dan melakukan jual-beli via mobile.

"Selama ini mal-mal yang ditinggalkan customer-nya, mereka yang tidak berubah sama sekali. Dia, enggak mau main omnichannel, dan juga isi toko enggak bagus, enggak menarik, enggak layak selfie," ujar Stefanus.

Sementara Sinarmas Land sendiri sebagai salah satu pengembang dan pengelola 9 ITC di Jakarta, Depok, dan Surabaya tengah mengembangkan platform e-commerce.

Head of ITC Group Sinarmas Land, Christine Tanjungan mengatakan, pihaknya saat ini sedang mengaktifkan pemasaran produk secara offline to online (O to O).

Mengubah konsep

Direktur Marketing BTC City Andy Chandra mengatakan, terkait fenomena semakin anjloknya pamor trade center, pengelolaan pusat belanja ini lebih sulit dibandingkan dengan mal sewa atau lease mall.

Baca juga: Ini Penyebab Turunnya Kejayaan ITC (III)

Menurutnya, kios-kios yang ada di trade center sudah menjadi aset pemilik, sehingga susah untuk diatur seragam.

Berbeda dengan mal sewa di mana pengelola memiliki hak untuk mengubah. Selain itu, pengelolaan mal sewa lebih mudah diatur, karena kios yang ada di dalamnya merupakan aset pengembang.

Terkait hal ini, Andy mengungkapkan, pengelola bisa mengubah konsep pusat belanja menjadi community meeting mall. Sementara menurut Stefanus, pengelola dan pedagang dapat bermitra dengan komunitas sehingga bisa langsung menjangkau pelanggan.

Buy back atau co-develop

Sementara CEO Leads Property Hendra Hartono menyarankan pengelola untuk melakukan buy back atau pembelian kembali dan co-develop.

Pola ini mirip dengan pengembangan en bloc di Singapura untuk apartemen tua yang berada di lokasi strategis.

Namun, Hendra mengingatkan, cara ini adalah opsi terakhir yang bisa ditempuh. Jika pengelola memilih cara ini, mereka harus mampu menciptakan ide kreatif yang bisa menarik minat pengunjung.

Meningkatkan tenancy mix

Sinarmas Land selaku pengembang dan pengelola sembilan ITC di Jakarta, Depok, dan Surabaya berupaya menerapkan berbagai strategi guna mengatasi badai ritel yang terjadi dalam lima tahun terakhir.

Baca juga: Ketika Trade Center Dianggap Tak Lagi Menarik (IV)

Head of ITC Group Sinarmas Land Christine Tanjungan mengatakan, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan tenancy mix atau keberagaman tenan, terutama area kuliner serta tempat berkumpul yang menjadi andalan.

Tak hanya itu, pengelola juga menambah berbagai fasilitas, antara lain sarana komunikas nirkabel serta membuat beragam event untuk menarik pengunjung.

Dia menambahkan, pihaknya juga mengaktifkan pemasaran produk secara offline to online sehingga pedagang dapat memasarkan produknya ke marketplace online yang tersedia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com