Memang pada awal membangun, kata Teges, NWP Retail harus menginvestasikan dana hingga ratusan miliar rupiah. Karena konstruksi fisik harus sesuai dengan konsep yang ditawarkan kepada peritel atau tenant.
"Tapi bisnis pusat belanja sewa di Indonesia sangat menjanjikan. Terlebih bonus demografi dan kelas menengah yang meningkat pendapatan serta kemampuan belinya," ucap Teges.
Oleh karena itu, NWP Retail tidak akan pernah membangun trade center. Sebaliknya, pihaknya akan secara agresif mengembangkan lease mall dengan konsep spesifik, original, dan berbeda dari yang sudah ada.
CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono mengamini pendapat Teges. Menurut dia, untuk saat ini, membangun lease mall menjadi opsi terbaik.
Apalagi di kota-kota yang memang belum terdapat lease mall, namun produk domestik brutonya lumayan tinggi, seperti kota tier kedua dan ketiga macam Pontianak, Lahat, Prabumulih, Pangkalan Bun, Ambon, dan Kupang.
Selain itu, lease mall juga masih terbantu dengan tenancy mix yang beragam serta hang out place yang menjadi andalan.
"Terutama untuk area kuliner yang dilengkapi dengan event-event atraktif," ucap Hendra.
Baca juga: Ini Penyebab Turunnya Kejayaan ITC (III)
NWP Retail sendiri saat ini tengah membangun The Park Sawangan di Depok dengan tarif sewa serentang Rp 200.000-Rp 400.000 per meter persegi per bulan dan service charge Rp 140.000 per meter persegi per bulan.
Dengan penyewa utama atau anchor tenat Lulu Group International dengan Lulu Hypermarket-nya, Teges menjawab yakin dengan recurring income yang sudah terpampang di depan mata.
Betapa tidak, Lulu Group International telah memberikan konfirmasi selama 10 tahun dengan luas area 5.000 meter persegi dalam perjanjian kontrak sewa.
Lebih ribet
Selain masalah fulus, lokasi strategis, dan status kepemilikan, hal tak kalah penting adalah mengenai pengelolaan.
Direktur Marketing BTC City Andy Chandra mengatakan, mengelola sebuah trade center lebih ribet dan membuat pusing dibanding pusat belanja sewa.
"Ini karena kios-kiosnya sudah jadi aset pemilik. Jadi susah untuk diatur seragam. Sementara pusat belanja sewa lebih gampang diatur karena kios masih aset pengembang," tambah Andy.
Dia melanjutkan, terkait fenomena semakin anjloknya pamor trade center, yang harus dilakukan pengelola adalah mengubah konsep pusat belanja menjadi community meeting mall.