Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemanfaatan Aspal Plastik, 1 Kilometer Jalan Butuh 3 Ton Sampah Kresek

Kompas.com - 15/02/2019, 19:08 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia menjadi negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia. Untuk memperbaiki predikat tersebut, daur ulang sampah plastik menjadi hal mutlak yang harus dilakukan.

Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut.

Menurut sumber yang sama, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik.

Kepala Balai Litbang Perkerasan Jalan Balitbang Kementerian PUPR Johannes Ronny menuturkan, sampah plastik yang telah didaur ulang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas aspal.

Baca juga: Penerapan Aspal Plastik Skala Proyek Tunggu Aturan

Persoalannya, tidak semua sampah dapat digunakan sebagai material penguat aspal.

"Yang kami fokuskan di sini adalah plastik jenis LDPE dalam hal ini kantong plastik kresek yang biasa digunakan untuk belanja, itu belum bisa di-recycle," kata Ronny dalam penjelasannya di Kementerian PUPR, Jumat (15/2/2019).

Selama ini, upaya daur ulang sampah plastik sebenarnya sudah banyak dilakukan. Hanya, untuk sampah kresek tak banyak yang melakukannya karena kualitasnya rendah, sehingga kurang memiliki nilai ekonomi.

Pada akhirnya, tidak banyak pula pengepul yang mengumpulkan sampah kresek tersebut. Hal itulah yang kemudian menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dalam membuat aspal plastik.

"Jadi belum ada yang menggerakkan. Kalau dibandingkan dengan aspal karet, (Ditjen) Bina Marga rencananya mau menerapkan sampai 93 kilometer. Kalau aspal plastik mereka baru berani 22 kilometer (tahun ini)," ucap Ronny.

Sebagai informasi, untuk mengaspal satu kilometer jalan yang terdiri atas dua lajur selebar tujuh meter dengan ketebalan 4 sentimeter, paling tidak dibutuhkan plastik kresek sekitar 2,5 hingga 3 ton.

Sampah tersebut kemudian dikeringkan dan dicacah sebelum dicampurkan ke dalam agregat aspal dengan metode dipanaskan dalam suhu tertentu.

Menurut Ronny, kualitas aspal yang telah dicampur dengan plastik lebih kuat 40 persen dibandingkan dengan aspal tanpa campuran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau