Tak hanya itu, Eka juga membeli perkebunan dan pabrik teh seluas 1.000 hektar berkapasitas 20.000 ton.
Pada 1982, ia membeli Bank International Indonesia (BII). Semula, bank tersebut hanya memiliki dua cabang dengan aset Rp 13 miliar.
Setelah 12 tahun dipegang, cabangnya bertambah menjadi 140 cabang dengan aset Rp 9,2 triliun.
Selain itu, ia juga membeli PT Indah Kiat yang memulai produksi awal pada 1984. Awalnya produksinya hanya 50.000 ton per tahun.
Sepuluh tahun kemudian, produksinya melonjak drastis menjadi 700.000 pulp per tahun dan 650.000 ton kertas per tahun.
Tak puas sampai di sana, Eka melebarkan sayap usahanya ke bisnis real estate dengan membangun ITC Mangga Dua, ruko, apartemen lengkap dengan pusat perdagangan.
Sementara di Roxy ia membangun apartemen Green View, dan di Kuningan membangun Ambassador.
Di Bekasi, Eka memiliki proyek Kota Deltamas lengkap dengan kawasan industri Greenland International Industrial Center, dan Grand Wisata.
Karena keuletannya tersebut, pada 2018 lalu majalah Globe Asia menempatkannya sebagai orang terkaya kedua di Indonesia dengan kekayaan mencapai 13,9 miliar dollar AS.
Kisah di atas hanyalah nukilan dari sejarah panjang hidupnya. Eka kemudian populer sebagai salah satu taipan dengan bisnis menggurita.
Sabtu (26/1/2019) pukul 19.43 WIB, adalah saat terakhir Eka Tjipta menyaksikan imperium bisnisnya.
Baca juga: Eka Tjipta, Orang Terkaya Ketiga Indonesia, Tutup Usia
Ia mengembuskan napas terakhirnya pada usia 98 tahun dan jenazahnya disemayamkan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
"Iya betul Pak Eka meninggal dunia," kata Managing Director PT Sinarmas Land Dhonie Rahajoe dalam pesan singkat, Sabtu (25/1/2019) malam.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.