Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Eka Tjipta Widjaja Jadi Kontraktor Kuburan (III)

Kompas.com - 27/01/2019, 18:48 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Serbuan Jepang ke Indonesia tak hanya membuat usaha biskuit dan kembang gula Eka Tjipta Widjaja, pendiri Sinarmas Group, hancur. Tapi juga memunculkan gagasan baru untuk mengembangkan bisnis lainnya.

Memang, kemampuan bisnis Eka sudah terlihat sejak kecil. Keterbatasan ekonomi membuatnya lebih kreatif menciptakan pundi-pundi uang. Tak terkecuali saat invasi Jepang ke Tanah Air.

Dilansir dari Kompas.id, saat itu ia melihat ratusan tentara Jepang mengawasi ratusan tawanan pasukan Belanda di Paotere, sebuah wilayah di pinggiran Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Namun, bukan para tentara yang membuatnya tertarik, melainkan tumpukan terigu, semen, gula, yang masih dalam kondisi baik.

Baca juga: Eka Tjipta, Orang Terkaya Ketiga Indonesia, Tutup Usia

Secepatnya ia mengayuh sepeda kembali ke rumah dan bersiap untuk membuka tenda di dekat lokasi. Eka berencana menjual makanan dan minuman kepada tentara Jepang yang ada di sana.

Sekitar pukul 04.00 WITA keesokan harinya, ia sudah tiba di Paotere. Kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang diisi air, oven kecil berisi arang untuk membuat air panas, cangkir, sendok, dan sebagainya sengaja ia pinjam dari ibunya.

Tak sampai situ, enam ekor ayam milik ayahnya tak luput dipinjam. Ayam itu kemudian dipotong dan dibuat ayham putih gosok garam. Eka juga meminjam sebotol whiskey, brandy, dan anggur dari teman-temannya.

Pukul 07.00 WITA, ia sudah siap berjualan. Tak lama, sekitar 30 orang Jepang dan tawanan Belanda mulai datang bekerja.

Tapi hingga pukul 09.00 WITA, barang dagangannya tak kunjung laku. Otaknya bisnisnya kembali berputar. Ia mendekati pimpinan tentara Jepang, dan mengajaknya untuk makan dan minum di tenda.

Setelah mencicipi seperempat ayam komplit dengan kecap cuka dan bawang putih, dua teguk whiskey gratis, orang Jepang itu kemudian meminta anak buah dan tawanannya makan dan minum di tendanya.

Tak sampai situ, Eka juga meminta izin untuk mengangkat semua barang yang sudah dibuang.

Baca juga: Gurita Bisnis Sang Taipan Eka Tjipta Widjaja (I)

Setelah itu, ia mengerahkan anak-anak sekampung untuk mengangkut barang-barang itu dan membayar mereka 5-10 sen. Semua barang tersebut diangkut dengan becak.

Maket apartemen Klaska Residence di tepi Sungai Jagir SurabayaKOMPAS.com/Achmad Faizal Maket apartemen Klaska Residence di tepi Sungai Jagir Surabaya
Tak heran bila rumah berikut halaman Eka, dan setengah halaman tetangganya dipenuhi berbagai macam barang. Ia pun bergegas memilah barang mana yang bisa dipakai dan dijual.

Terigu yang masih baik, misalnya, dipisahkan. Sementara yang sudah keras ditumbuk kembali dan dirawat hingga siap pakai. Ia juga belajar bagaimana cara menjahit karung.

Baca juga: Eka Tjipta Widjaja, Tamatan SD yang Jadi Taipan Properti (II)

Dalam kondisi perang, suplai bahan bangunan dan barang kebutuhan menjadi barang yang langka. Itu sebabnya, semen, terigu, arak China dan sejumlah barang lain yang diperoleh sebelumnya menjadi barang yang sangat berharga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau