Eka pun mulai mendulang keuntungan dari barang-barang yang diperoleh. Terigu, misalnya, yang semula hanya Rp 50 per karung, dinaikkan menjadi Rp 60 bahkan Rp 150 pada akhirnya.
Untuk semen, ia jual dari harga Rp 20 per karung menjadi Rp 40.
Saat itu, ada kontraktor yang hendak membeli semen-semennya untuk keperluan pembuatan kuburan orang kaya. Namun, ia menolaknya. Sebab, Eka melihat ada peluang di sana.
Eka kemudian menjadi kontraktor pembuat kuburan orang kaya. Ia kemudian membayar tukang Rp 15 per hari ditambah 20 persen saham kosong untuk mengadakan kontrak pembuatan enam kuburan mewah.
Ia mulai dengan Rp 3.500 per kuburan, dan yang terakhir membayar Rp 6.000. Setelah semen dan besi beton habis, ia berhenti dari pekerjaannya itu.
Kemudian, ia beralih menjadi pedagang kopra. Tak hanya itu, ia bahkan berlayar berhari-hari ke Selayar, sebuah wilayah di selatan Sulawesi Selatan, serta ke sentra-sentra kopra lainnya untuk memperoleh kopra murah.
Kisah di atas hanyalah nukilan dari sejarah panjang hidupnya. Eka kemudian popular sebagai salah satu taipan dengan bisnis menggurita.
Baca juga: Bisnis Eka Tjipta Widjaja Moncer Saat Orde Baru (IV)
Sabtu (26/1/2019) pukul 19.43 WIB, adalah saat terakhir Eka Tjipta menyaksikan imperium bisnisnya. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 98 tahun dan jenazahnya disemayamkan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
"Iya betul Pak Eka meninggal dunia," kata Managing Director PT Sinarmas Land Dhonie Rahajoe dalam pesan singkat, Sabtu (25/1/2019) malam.
Eka Tjipta merupakan orang terkaya ketiga di Indonesia versi Majalah Forbes.
"Saat ini, Sinarmas telah berkembang menjadi perusahaan yang bergerak di sektor industri kertas, real estate, jasa finansial, agribisnis dan telekomunikasi," tulis Forbes.
Sementara itu, Majalah Globe Asia menyebut Eka Tjipta sebagai orang terkaya kedua pada 2018 dengan kekayaan mencapai 13,9 miliar dollar AS.