Otak bisnisnya pun jalan. Ia segera kembali ke rumah dan bersiap-siap membawa sejumlah perlengkapan.
Eka ingin membuka tenda di sana dan menjual makanan serta minuman kepada tentara Jepang yang berada di sana.
Keesokan harinya, ia sudah berada di Paotere. Berbagai barang dibawanya, mulai dari kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang diisi air, oven kecil berisi arang untuk membuat air panas, cangkir, sendok, dan sebagainya. Semua alat itu dipinjam dari ibunya.
Baca juga: Saat Ekonomi Tiarap, Sinarmas Land Bangun Proyek
Tak lupa, enam ekor ayam milik ayahnya juga dipinjam. Ayam tersebut dipotong dan dibikin ayam putih gosok garam. Ia meminjam sebotol whiskey, brandy, dan anggur dari teman-temannya.
Hingga pukul 09.00 WITA, barang dagangannya tak kunjung laku. Ia pun memutuskan untuk mendekati bos pasukan Jepang. Eka kemudian mentraktirnya makan dan minum di tenda.
Setelah mencicipi seperempat ayam komplit dengan kecap cuka dan bawang putih, minum dua teguk whisky gratis, komandan tersebut kemudian memperbolehkan anak buahnya dan tawanan makan minum di tenda Eka.
Tentu saja ia minta izin mengangkat semua barang yang sudah dibuang.
Barang-barang itu kemudian dibawa pulang ke rumah. Ia mengerahkan anak-anak di kampungnya untuk membawa barang-barang tersebut.
Setiap dari mereka dibayar 5-10 sen. Tak ayal, rumah berikut halaman serta setengah halaman tetangganya penuh terisi berbagai barang.
Tak berhenti sampai sana, ia kemudian bekerja keras untuk memilih barang mana saja yang masih bisa dipakai dan dijual.
Terigu yang masih baik, misalnya, dipisahkan. Sementara yang sudah keras ditumbuk kembali dan dirawat hingga dapat digunakan kembali.
Dia bahkan belajar menjahit karung. Karena saat itu masa perang, barang-barang yang ia peroleh tersebut menjadi benda yang sangat berharga.
Demikianlah Eka memulai bisnisnya hingga akhirnya bisnis tersebut berkembang. Ia tak ingin puas dengan satu usaha saja.
Baca juga: Bisnis Eka Tjipta Widjaja Moncer Saat Orde Baru (IV)
Pada 1968, ia memulai usaha kopra pertamanya yang diberi nama Bitung Manado Oli, Ltd.
Empat tahun kemudian, Eka memulai bisnis lain dengan membuat pabrik Tjiwi Kimia yang kemudian bertransformasi menjadi pabrik kertas Sinarmas.
Pada tahun yang sama 1972, ia memulai usaha properti melalui perusahaan bernama PT Duta Pertiwi.
Seiring berjalannya waktu, Eka terus mengembangkan usahanya, mulai dari sektor perbankan melalui Bank Sinarmas, telekomunikasi dengan PT Smart Telecom, hingga pabrik kertas Asia Pulp & Paper.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.