Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siasat Menarik Milenial Beli Rumah

Kompas.com - 25/01/2019, 10:53 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak pemain properti yang menggunakan terminologi milenial sebagai gimmick jualan, namun mereka tidak memahami sepenuhnya apa yang dimaksud dengan istilah tersebut.

Studi Rumah123 Property Outlook 2019 menunjukkan, milenial dengan rentang usia 30-35 tahun menjadi kelompok usia early majority dalam pembelian properti (34 persen). Kecenderungan ini diprediksi meningkat seiring pertumbuhan daya beli mereka.

Studi tersebut sejalan dengan data Departemen Makro Prudensial Bank Indonesia yang menyebut debitur usia muda serentang 26-35 tahun mendominasi kredit pemilikan rumah (KPR) sejak 2014-2018.

Pada segmen rumah tapak tipe 22-70, misalnya, meski kelompok usia tersebut yang mengajukan permohonan KPR hanya berkisar 35 persen tahun 2014, namun, pada 2018 justru melonjak 45 persen.

Baca juga: Debitur KPR Milenial Melonjak, Pengembang Wajib Sajikan Data Valid

Hal serupa juga terlihat pada properti jangkung atau apartemen yang mengalami peningkatan dari 30 persen pada 2014 menjadi 35 persen pada 2018. Meski di antara rentang waktu tersebut sempat mengalami penurunan, BI tetap mencatat tren positif.

Perlu pengalaman

Menarik milenial sebagai calon pembeli potensial memang gampang-gampang susah.

Ilustrasi.shutterstock Ilustrasi.
Hal ini dikatakan Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung. Menurut dia, pengembang tidak bisa hanya memberikan pemahanan kepada mereka tentang pentingnya membeli hunian untuk kemudian hari.

"Mereka itu harus diberikan experience. Harus ditunjukkan, 'eh enaknya kalau punya rumah itu gini lho'," kata Untung dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (24/1/2019).

Ketika ada kesan pemaksaan, generasi ini akan berpikir ulang untuk membeli hunian yang ditawarkan. Terlebih, properti bukan menjadi preferensi utama mereka dalam membelanjakan uangnya.

Mereka cenderung ingin mendapatkan sesuatu berupa pengalaman, entah itu dalam bentuk pelesiran maupun hangout bersama rekan-rekan sejawatnya.

Baca juga: Co-living, Konsep Berbagi Hunian yang Kembali Menjadi Tren

"Mereka akan bilang ngapain beli rumah, mendingan sekali ke Jepang habis beberapa juta tapi bisa masukin foto ke FB (Facebook), Instagram," kata Untung.

Lantas, apa yang harus dilakukan pengembang dapat menarik potential buyer ini?

Menurut Untung, pengembang yang menawarkan properti menarik, dari sisi harga hingga desain, akan lebih dilirik generasi ini. Mereka tak peduli apakah properti tersebut ditawarkan oleh pengembang besar atau kecil.

"Visual ini penting sekali. Brand iya (penting), tapi itu nomor dua. Sekarang yang penting penampilan. Kenapa? Karena mereka punya daya beli dan brand identik dengan mahal," kata dia.

Berikan data akurat

Ilustrasishutterstock Ilustrasi
Memberikan informasi yang akurat juga dapat menjadi pertimbangan pengembang untuk menarik minat milenial membeli properti.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau