Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Jenis Hunian Bakal "Booming" Tahun Ini

Kompas.com - 24/01/2019, 16:30 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecenderungan seseorang dalam membeli hunian, tak hanya mempertimbangkan aksesibilitas, dan lokasi, melainkan juga kualitas, dan jenis hunian.

Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung memprediksi, rumah mikro yang telah populer di Jepang bakal masuk ke pasar domestik.

Mahalnya harga lahan serta keterbatasan kemampuan anggaran masyarakat untuk membeli rumah, menjadi salah satu faktor pendukung.

Di samping itu, kultur masyarakat Indonesia yang masih enggan tinggal di apartemen juga ikut menjadi pendorong munculnya jenis-jenis rumah yang berbeda.

"Orang Indonesia itu kulturnya kalau enggak punya tanah, (sama saja) enggak punya properti. Itu kenapa apartemen masih tersandung-sandung, karena kulturnya masih mikir-mikir (tinggal di apartemen)," ucap Untung saat diskusi bertajuk 'Proyeksi Arah Properti 2019: Memanfaatkan Kesempatan untuk Bertahan di Tahun 2019' di Jakarta, Kamis (24/1/2019).

Baca juga: Aksesibilitas, Pertimbangan Utama Milenial Beli Hunian

Rumah mikro yang akan dikembangkan, lanjut dia, memiliki luas di bawah 70 meter persegi. Meski demikian, dari sisi kualitas masih jauh lebih baik ketimbang rumah sangat sederhana (RSS).

"Kalau kita lihat di Jepang itu banyak rumah-rumah kecil tapi secara kualitas bagus. Ini akan terjadi segera dan mulai ada beberapa developer yang masuk ke sana," sambung Untung.

Interior di dalamnya dibuat sedemikian rupa untuk dua kegunaan di ruang keluarga, seperti misalnya sofabed, meja lipat, serta kompartemen lemari penyimpan. www.dailymail.co.uk Interior di dalamnya dibuat sedemikian rupa untuk dua kegunaan di ruang keluarga, seperti misalnya sofabed, meja lipat, serta kompartemen lemari penyimpan.
Jenis hunian berikutnya yakni co-living. Meski belum tentu akan segera tenar, namun untuk jangka pendek jenis hunian ini patut untuk dipertimbangkan.

"Co-living adalah kamar-kamarnya sendiri-sendiri kayak ngekos, dapurnya publik untuk barengan, tapi tetap bayar, beli," kata dia.

Di beberapa wilayah seperti Bandung dan Bali, hunian semacam ini cukup diminati, terutama oleh generasi milenial.

Bahkan, pengembangnya merupakan pebisnis individu yang berhasil mendulang tingkat tingkat okupansi hingga 90 persen.

"Orang tersebut berencana mengembangkan co-living di beberapa lokasi seperti di Jatinangor, Jakarta, bahkan segera buka di Depok," ungkap Untung.

Baca juga: Kecenya Hunian Mikro di Jepang

Terakhir, dari sisi dekorasi. Untung mengatakan, orang-orang zaman dahulu cenderung membeli rumah dengan ukuran minimum 60-80 meter persegi, bahkan lebih.

Mereka mengedepankan tampilan luar dari pada tampilan di dalamnya. Sehingga, meski tampilan dalamnya cenderung berantakan, namun fasad bangunan menarik, akan dibeli.

"Lain halnya dengan di Australia. Meski kecil, tapi dalamnya bagus. Nah, generasi sekarang menuju ke sana. Lebih penting itu dekorasi interior," tuntas Untung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau