JAKARTA, KOMPAS.com - Revitalisasi Stadion Manahan Solo dalam waktu dekat segera dimulai. Nantinya, markas klub sepakbola Persis Solo ini akan disulap menjadi Stadion Gelora Bung Karno (GBK) mini.
Lantas, seperti apa kira-kira wajah baru Stadion Manahan nantinya?
Baca juga: Stadion Manahan Solo Bakal Disulap Jadi GBK Mini
Direktur Bina Penataan Bangunan Ditjen Cipta Karya Iwan Suprijanto menjelaskan, revitalisasi stadion akan mengikuti standar yang ditetapkan FIFA.
Mulai dari arena pertandingan (field of play), tribun yang semula terbuka menjadi tertutup, perubahan jenis kursi dari kursi panjang menjadi single seat, sistem pencahayaan, hingga fasad bangunan.
Saat ini, kapasitas penonton sebanyak 25.000 orang. Dengan perubahan jenis kursi, daya tampung akan turun menjadi 20.000 penonton.
Single seat dipilih untuk memberikan kenyamanan sekaligus memastikan keamanan penonton bila kondisi darurat terjadi.
"Itu untuk mengontrol jumlah penonton, bukan membatasi yang masuk. Tapi menyelamatkan yang ada di dalam. Kalau kapasitas 20.000 ya berarti bangunannya memang didesain untuk 20.000 orang," kata Iwan di kantornya, Senin (20/8/2018).
Stadion yang juga pernah menjadi tuan rumah bagi ajang olahraga difabel tingkat regional, Asia Paragames 2011 ini, juga akan dilengkapi sistem pencahayaan standar broadcast.
Aturan FIFA, standar minimal untuk sistem pencahayaan yaitu 2.000 lux. Sementara, Asian Football Confederation (AFC) mengatur sistem pencahayaan minimal 1.400 lux.
"Mungkin di sana bakal 2.200 hingga 2.400 lux," kata dia.
Sebagai gambaran, Stadion Utama GBK yang menjadi tuan rumah pembukaan Asian Games 2018 memiliki sistem pencahayaan 3.500 lux.
Adapun, Stadion Luzhniki yang menjadi lokasi pembukaan Piala Dunia 2018 memiliki sistem pencahayaan 2.000 lux.
Sementara itu, sama halnya dengan Stadion Utama GBK, CCTV canggih juga akan dipasang untuk menunjang keamanan.
Selain itu, dalam kondisi darurat stadion tersebut juga akan dirancang dapat dikosongkan dalam waktu 15 menit.
Iwan menuturkan, prinsip bangunan hijau diterapkan dalam proses revitalisasi, di mana konsumsi energi akan ditekan seminimal mungkin.