JAKARTA, KOMPAS.com - Sektor properti, khususnya residensial, belum kembali normal. Perlambatan kenaikan harga masih mewarnai kuartal II-2018.
Bank Indonesia (BI) melalui Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilansir pada Kamis (9/8/2018) mengindikasikan perlambatan kenaikan harga properti residensial di pasar primer.
Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan II-2018 yang tumbuh hanya 0,76 persen, melambat dibandingkan 1,42 persen pada triwulan sebelumnya.
Melambatnya kenaikan harga properti residensial ini, kata BI, terjadi pada semua tipe rumah. BI bahkan, memproyeksikan perlambatan kenaikan harga rumah terus berlanjut pada triwulan III-2018 menjadi 0,55 persen.
Baca juga: Sulitnya Mencari Rumah Seharga Rp 500 Jutaan di Jakarta Selatan
"Secara tahunan, kenaikan harga properti residensial juga melambat dari 3,69 persen pada periode yang sama tahun lalu menjadi 3,26 persen," tulis BI.
Naiknya harga properti residensial pada triwulan II-2018 terutama disebabkan oleh peningkatan harga bahan bangunan dan kenaikan upah pekerja bangunan.
Semua tipe
Secara triwulanan, melambatnya kenaikan harga properti residensial terjadi pada semua tipe rumah.
Kemudian rumah tipe menengah melambat dari 1,31 persen menjadi 0,68 persen, dan pada rumah tipe besar melambat dari 0,64 persen menjadi 0,27 persen.
Berdasarkan wilayah, kenaikan harga properti residensial tipe kecil terjadi pada hampir semua kota, tertinggi di kota Medan 2,94 persen.
Baca juga: Hanya Bank dengan Kredit Macet KPR di Bawah 5% Bisa Ikut LTV Baru
Secara tahunan, melambatnya kenaikan harga properti residensial terjadi pada tipe rumah kecil dan tipe rumah besar.
Kenaikan harga pada tipe rumah kecil melambat dari 6,07 persen pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 4,77 persen pada triwulan II-2018 dan pada tipe rumah besar melambat dari 1,76 persen menjadi 1,65 persen.
Sementara untuk tipe rumah menengah, kenaikan harga meningkat dari 3,27 persen menjadi 3,40 persen.
Berdasarkan wilayah, kenaikan harga properti residensial tipe menengah terjadi pada hampir semua wilayah, tertinggi di kota Surabaya 6,64 persen.