Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Panjang si Kaca Patri

Kompas.com - 09/07/2018, 20:09 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Penemuan alat pemotong kaca yang terbuat dari bahan intan pada abad ke-16, praktis membuat kaca patri lebih cepat dibuat sehingga biayanya pun menjadi lebih murah.

Meski demikian, pembuatan kaca patri tidak mudah seperti yang dibayangkan. Ini karena bentuk kaca yang diinginkan tidak selalu dalam garis lurus.

Kaca yang berbentuk melengkung misalnya, membutuhkan kehati-hatian agar tidak pecah saat dipotong.

Sebelum membuat, perajin harus menggambar sketsa atau desain yang diinginkan. Setelah disetujui, barulah dibuat desain dengan ukuran 1:1. Kaca yang digunakan kemudian dipotong berdasarkan ukuran tersebut.

Selanjutnya adalah menyambung tiap kaca. Ada beberapa cara yang digunakan agar setiap kaca dapat tersambung sempurna.

Pertama dengan potongan kaca diselipkan pada cetakan dari timah hitam berpenampang yang berbentuk saluran dengan penampang seperti huruf “H”, yang disebut “lood”.

Teknik ini membutuhkan kecermatan dan ketelitian agar kaca bisa dibentuk sesuai keinginan.

Untuk memperkuat sambungan, digunakan pateri. Baru setelah itu, kaca didempul dengan semen khusus agar tidak bergerak dan tahan terhadap cuaca. Di beberapa tempat, dempul diganti dengan lem plastik atau kaca.

Selain itu, kaca juga bisa disambungkan dengan cara dilukis atau dengan teknik pembakaran. Teknik ini dikenal dengan nama teknik enamel.

Bahkan LC Tiffany, seorang desainer kaca terkenal Amerika juga turut mengenalkan teknik penyambungan kaca dengan lembaran tembaga, yang kemudian dipatri menjadi timah putih.

Kini, teknik penyambungan kaca patri cukup beragam, mulai dari penggunaan kuningan, tembaga, atau seng.

Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kuningan misalnya, akan tampak kuning berkilat sehingga terkesan mewah. Sedangkan timah akan memberikan kesan klasik pada kaca.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com