Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profesor Sedyatmo, Tokoh di Balik Sistem Pondasi Cakar Ayam

Kompas.com - 05/07/2018, 13:26 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama ini kita mengenal konstruksi cakar ayam digunakan dalam berbagai bangunan. Sistem pondasi ini telah diaplikasikan khususnya untuk bangunan yang berdiri di atas tanah lembek atau berawa.

Penemunya adalah Prof Ir Sedyatmo Dr HC yang merupakan salah satu tokoh insinyur sipil Indonesia. Dilahirkan di Solo, 24 Oktober 1909, Sedyatmo merupakan lulusan Hollandsch-Inlandsche School (HIS).

Setelah lulus dari HIS, ia mendapat beasiswa dari Mangkunegaran untuk meneruskan pendidikan di MULO Solo, dan kemudian melanjutkan ke AMS di Yogyakarta.

Dengan beasiswa pula ia menuntut ilmu di jurusan Teknik Sipil di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB).

Sedyatmo dikenal dunia setelah mengembangkan sistem pondasi Cakar Ayam. Sistem ini cocok digunakan di jalan-jalan raya, jalan kereta api, landasan pelabuhan udara, bangunan, bahkan seluruh perkotaan terlebih untuk daerah yang memiliki struktur tanah lembek atau berawa.

Sistem ini diunggulkan karena mampu menopang beban di tanah yang lembek. Selain itu, pondasi sistem Cakar Ayam juga mampu mengurangi biaya, material, dan waktu pengerjaan.

Daya dukungnya lebih tinggi dan tidak memerlukan sela-sela untuk menampung pengembangan akibat perubahan cuaca.

Karir di dunia akademik Sedyatmo berawal sejak pengangkatannya sebagai lektor luar biasa untuk vak Waterkracht (bidang pembangkit tenaga air) pada bagian Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (Sekarang ITB).

Ia juga pernah menjabat sebagai guru besar luar biasa bidang pembangkit tenaga air.

Sedyatmo meninggal pada Minggu, 15 Juli 1984, di kediamannya, dalam usia 74 tahun karena penyakit tumor di leher, dan dimakamkan di Karanganyar.

Pemerintah Indonesia menganugerahkan penghargaan Bintang Mahaputra Kelas I atas jasa-jasanya. Namanya kemudian diabadikan sebagai nama jalan bebas hambatan dari Jakarta menuju bandar Soekarno-Hatta.

Karya Lainnya

Sebelum menciptakan sistem pondasi cakar ayam, Sedyatmo telah melahirkan beberapa karya.

Karya pertama berupa jembatan air Wiroko di Wonogiri. Jembatan tersebut berbeda dengan jembatan lainnya karena hanya memiliki tebal 8 sentimeter, sementara yang lain memiliki ketebalan 35 sentimeter.

Kemudian hasil karya berikutnya adalah pondasi Cakar Ayam, sistem konstruksi pipa pesat tekanan tinggi untuk memutar turbin pembangkit air, alat pengangkat air dari permukaan rendah ke permukaan tinggi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau