Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalur Pantura, Jejak Daendles yang Kalah Pamor dari Tol Trans Jawa

Kompas.com - 14/06/2018, 08:02 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Dua tahun lalu, cerita dia, waktu tempuh dari Cibubur ke Pekalongan bisa sampai 14 jam melalui jalur yang sama.

Jejak Daendles

Meski pamornya meredup, tak dapat dimungkiri bahwa jalur pantura hingga saat ini merupakan salah satu poros utama transportasi di Pulau Jawa.

Mengutip Purnawan Andra, peminat pergelaran dan etnokoreologi, jalur pantura ini sesungguhnya didasari oleh proyek raksasa Gubernur Jenderal Hindia Belanda Maarschalk Herman Willem Daendels bernama “Jalan Raya Pos” (Groote Postweg, The Great Post Road) pada tahun 1808.

Jalan ini dibangun untuk kemudahan mobilisasi ekonomi, sosial budaya dalam kerangka kekuasaan kolonial masa itu.

Meski perannya mulai tergantikan oleh ratusan kilometer jalan tol di beberapa ruas seperti Merak-Jakarta-Bogor, Jakarta-Cikampek-Bandung-Cileunyi, Cirebon, Semarang, Gresik Surabaya, namun Jalan Raya Pos adalah semacam garis bantu sketsa yang mendorong perkembangan seluruh cerita infrastruktur transportasi pulau Jawa dalam empat dekade terakhir.

Usaha pembangunan jalan ini adalah suatu karya spektakuler pada masanya. Menghubungkan Anyer di ujung barat sampai dengan Panarukan di wilayah timur pulau Jawa sepanjang kurang lebih 1.341 kilometer.

Andra menulis, diperlukan pengorbanan tak terhingga, baik harta, benda dan nyawa, untuk mewujudkan jalur pantura. Arti penting pulau Jawa dalam konstelasi politik waktu itu membuatnya menjadi vital untuk diperebutkan.

Rute kota yang dirancang dilalui jalan ini, bukan tanpa pertimbangan. Pada era kekuasaannya yang relatif singkat (1801-1811), Daendels menciptakan konsep kota-kota wisata (Bogor), kota pendidikan, wisata dan militer (Bandung).

Pintu keluar tol Batang.Kompas.com/Slamet Priyatin Pintu keluar tol Batang.
Kemudian kota pelabuhan dan perekonomian sekaligus benteng pengawas (Anyer, Banten, Semarang, Tuban, Surabaya) serta kota industri (berat dan pertanian) di Tangerang, Sumedang, Tegal, Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan.

Desain proyek yang disertai analisa tata ruang dengan mempertimbangkan kondisi geografis yang tepat menjadikan Jalan Raya Pos adalah referensi penting sejarah, ekonomi, tata ruang sampai dengan visi strategis sebuah pemerintahan.

"Jalan raya tidak hanya merupakan artefak komunikatif dan simpul pengikat suatu wilayah. Jalan raya, dengan kehidupannya sendiri, adalah ironi sejarah, modernitas dan kemanusiaan bangsa," tulis Andra.

Bagaimana nasibnya kini?

Kondisi jalur pantura terkini, meminjam istilah Rozy dan Condro, tidak crowded lagi. Arus lalu lintas lebih tertib dan mengalir lancar.

Peenumpukan keendaraan pemudik di Brexit, Brebes, Jawa Tengah, Rabu (13/6/2018). Penumpukan kendaraan terjadi akibat antrean panjang di beberapa pintu tol di ruas tol Pejagan-Pemalang.STR Peenumpukan keendaraan pemudik di Brexit, Brebes, Jawa Tengah, Rabu (13/6/2018). Penumpukan kendaraan terjadi akibat antrean panjang di beberapa pintu tol di ruas tol Pejagan-Pemalang.
Hal ini karena secara fisik, jalannya lebih mulus. Hanya beberapa titik minor yang kami temui.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau