Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Jalur Mati Kereta Api Rute Banjar-Pangandaran-Cijulang

Kompas.com - 29/05/2018, 07:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jalur kereta api yang menghubungkan Banjar–Pangandaran-Cijulang telah dinonaktifkan sejak 3 Februari 1981.

Penonaktifan jalur sepanjang 82 kilometer ini karena mahalnya biaya operasional yang tidak sepadan dengan pendapatan dari pengoperasian kereta di jalur tersebut.

Awalnya, pembangunan jalur ini dimulai atas usul Pemerintah Hindia Belanda karena banyaknya palawija dan kopra yang bisa diambil dari daerah Ciamis dan sekitarnya.

Daerah sekitar jalur ini memang penghasil perkebunan dan pertanian yang melimpah.

Dengan demikian, dibutuhkan moda transportasi untuk mendistribusikan hasil bumi tersebut. Jalur kereta ini pun menjadi sarana transportasi hingga 1980-an.

Baca juga: Inilah Terowongan yang Anda Lewati jika Naik Kereta Api di Pulau Jawa

Sebelumnya, hasil bumi harus didistribusikan ke daerah lain dengan menggunakan gerobak. 

Namun, cara ini memakan waktu sehingga hasil bumi itu banyak yang masih tersimpan di rumah untuk jangka waktu yang lama.

Setelah ditutup, jalur ini sempat akan direaktivasi, namun rencana itu mandeg karena krisis ekonomi yang menghantam kawasan Asia dan bantalan rel yang sudah terpasang kembali dilepas.

Empat terowongan

Meskipun dibangun sejak tahun 1912, jembatan kereta api Cikacepit, yang memiliki panjang sekitar 1.250 meter dan ketinggian 100 meter ini, tetap kokoh berdiri sampai sekarang. Sayangnya, saat ini jembatan indah itu seolah dibiarkan telantar merana menyusul terhentinya operasi KA Banjar-Cijulang sejak 3 Februari 1981.  MARCELLUS HERNOWO Meskipun dibangun sejak tahun 1912, jembatan kereta api Cikacepit, yang memiliki panjang sekitar 1.250 meter dan ketinggian 100 meter ini, tetap kokoh berdiri sampai sekarang. Sayangnya, saat ini jembatan indah itu seolah dibiarkan telantar merana menyusul terhentinya operasi KA Banjar-Cijulang sejak 3 Februari 1981.
Sepanjang jalur kereta Banjar–Pangandaran–Cijulang, terdapat 4 buah terowongan yang bisa dilalui, yakni Batulawang (281 meter), Hendrik (105 meter), Juliana (147 meter), dan Wilhelmina (1116 meter).

Hingga saat ini, Terowongan Wilhelmina tercatat sebagai terowongan terpanjang di Indonesia.

Terowongan yang namanya diambil dari nama Ratu Belanda ini melintasi bukit kapur di bawah 2 desa, yakni Empak dan Bagolo di Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Selain terowongan, jalur ini juga memiliki beberapa jembatan, salah satunya adalah Jembatan Cikacepit yang menghubungkan Banjar dan Pangandaran.

Baca juga: Stasiun Apa Saja yang Dilintasi Saat Naik Kereta Api Jakarta-Surabaya Jalur Selatan?

Jembatan kereta api ini memiliki panjang 290 meter, lebar 1.7 meter, dan dibangun di atas ketinggian 100 meter.

Akan tetapi, karena tak digunakan, kondisi jembatan Cikacepit saat ini tidak terawat.

Bagian kerangka jembatan banyak yang dijarah oleh pihak tak bertanggung jawab, menyisakan tubuh jembatan yang berkarat dan tak lagi kokoh karena baut hilang di banyak bagian.

Hingga sekarang, belum diketahui dengan jelas kelanjutan dari jalur Banjar–Pangandaran-Cijulang ini.

Kompas TVPresiden Joko Widodo meresmikan kereta api bandara internasional Minangkabau.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau