URBANISASI meledak di negara tirai bambu dalam dua dekade terakhir, dan akan berlanjut. Patut dicermati dan unik adalah banyak kota baru yang tumbuh dari nol, menjadi daya tarik perpindahan penduduk dan bangkitan ekonomi baru.
Kalau dilihat trennya, penduduk China yang tinggal di perkotaan akan mencapai satu miliar jiwa pada 2030. Bandingkan dengan Indonesia yang diperkirakan 65 persen dari 300 juta jiwa, atau hampir 200 juta penduduk.
Sejarah pembangunan kota baru di China selalu dikaitkan dengan rezim. Seperti tumbuhnya Shenzen dari kampung nelayan menjadi pusat ekonomi lekat dengan Deng Xiao-ping.
Baca juga : Jalur Kereta KEK Sei Mangkei-Pelabuhan Kuala Tanjung Rampung Juli 2018
Tampilnya Pudong sebagi pusat finansial adalah hasil karya Jiang Zemines. Sedangkan sekarang Xi Jin-ping menjagokan Xiongan Smart And sustainable City sebagai karya rezimnya.
Dalam perkembangannya, China sekarang fokus pada pengembangan pusat-pusat konurbasi mega cities ke arah Delta Yangtze, klaster kota Chengdu-Chongqing dan delta sungai Pearl. Kota baru diidentifikasi sebagai megacity baru dengan penduduk rata-rata 10 juta jiwa.
Sejak awal pencanangannya One Belt One Road (OBOR) memang ditengarai akan memengaruhi pertumbuhan kota-kota, dan akan memfasilitasi interaksi antar kota di koridor ekonomi-tersebut.
OBOR sebagai inisiatif ekonomi dan politik tak pelak akan mewarnai perkembangan kawasan yang diakibatkan oleh investasi, termasuk moderinasasi jalur sutera kuno.
Yang menarik di zaman now ini, adalah pembangunan infrastruktur konektivitas dan perkotaan ini dilakukan bersamaan dengan transformasi digital dan Internet of Things (IoT). Kedua hal ini adalah pemicu tumbuhnya kota modern dan tatanan masyarakat zaman now yang lebih cerdas.
Ketika menyapa para pebisnis China di Beijing minggu lalu dalam rangka OBOR Business Forum, saya membayangkan pengaruhnya atas usaha kita bersama untuk membangun kota-kota baru di Indonesia.
Kesempatan Bangun Konurbasi Kota Kita
Kalau kita mengikuti alur berpikir China, maka kesempatan terbentuknya konurbasi perkotaan modern di koridor Mebidangro, poros Medan-Toba, koidor Manado-Bitung dan metropolitan Sarbagita di Bali akan mengalami percepatan.
Perkembangan infrastruktur perkotaan dan konektivitas, diikuti pertumbuhan internet yang pesat, merupakan kombinasi yang ampuh. Serta merta ini menjadi tantangan utama para perencana kota zaman now, atau sebagian kami senang dipanggil sebagai planolog.
Para planolog Indonesia kini mendapat pekerjaan rumah baru tampaknya. Di tengah tekanan untuk merencana ruang hidup layak huni, kini juga harus menyikapi dengan bijak kota baru di koridor OBOR ini.