4. Sunk Cost Trap
Jika diartikan secara harfiah, sunk cost berarti biaya tenggelam. Rhenald mencontohkan, hal ini terjadi pada Menara Saidah di Jalan Gatot Subroto, Jakarta.
Saat pertama kali dibeli oleh Keluarga Saidah, gedung ini langsung ditingkatkan dari 18 lantai menjadi 28 lantai.
Pembangunan ini bukan tanpa perhitungan melainkan menggunakan jasa konsultan struktur. Namun, saat sudah selesai konstruksi, bangunannya diketahui miring beberapa derajat.
Meski angkanya sangat kecil, seluruh penghuninya memutuskan untuk pindah. Gedung ini sudah tidak dihuni sejak 1998, tetapi tidak ada perbaikan atau pembangunan kembali hingga sekarang.
"Itu sunk cost trap, (Keluarga Saidah) merasa sudah keluar uang banyak tapi belum balik modal. Jadi mereka biarkan saja sampai umur fisiknya mati," tutur Rhenald.
5. Blame Trap
Di tengah-tengah penjualan turun, para pengusaha pun cenderung mencari asal-muasal penurunan tersebut.
Pada akhirnya, banyak orang merasa harus ada pihak yang disalahkan atas hal ini. Menurut Rhenald, pengusaha lebih mudah mengatakan bahwa daya beli masyarakat turun.
6. Confirmation Trap
Dalam menganalisis masalah, pengusaha harus membuktikan bahwa dirinya tidak salah dengan meminta pendapat pihak ketiga yang juga berkompeten.
Rhenald mencontohkan pengalaman temannya yang seroang pengusaha. Temannya tersebut memiliki anak sedang belajar wiraswasta di sebuah universitas ternama.
Karena sedang bereksperimen, temannya menyewa tempat yang cukup mahal untuk didirikan restoran.
"Tetapi baru dikerjakan 2 bulan, anaknya enggak betah karena harus berada di sana setiap hari. Akhirnya mama dan papa-nya yang jaga restoran. Padahal mereka enggak punya panggilan buka usaha restoran," sebut Rhenald.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.