"Bekasi kini sudah maju. Daya beli warga Bekasi juga tinggi. Lihat saja, mal-mal penuh. Mereka enggak sekadar lihat-lihat (window shopping) juga beli makanan, baju dan gaya hidup," papar Albert.
Seksinya pangsa pasar Bekasi bahkan menstimulasi pebisnis ritel besar asal Perancis, Decathlon. Melalui PT Decathlon Sports Indonesia, mereka akan membuka gerai keduanya di Bekasi pada Desember 2018.
Baca juga : Mal di Bekasi Kini Jadi Tempat Tunaikan Janji...
CEO PT Decathlon Sports Indonesia Jeremie Ruppert Jeremie mengatakan, Bekasi adalah tempat yang sempurna untuk membuka gerai Decathlon kedua di Indonesia karena pasarnya sangat kuat.
Selain itu, minat warga Bekasi terhadap kegiatan olahraga, seperti Car Free Day (CFD) yang diadakan setiap hari Minggu di sepanjang Jalan Jendral Ahmad Yani juga tak kalah tinggi.
"Kami juga percaya bahwa menjadi aktif dan menemukan olahraga baru setiap hari adalah bagian penting dari gaya hidup sehat," tutur Jeremie.
Gerai Decathlon menempati lahan 6.000 meter persegi serta dilengkapi dengan fasilitas playground seluas 440 meter persegi yang dapat digunakan untuk bermain badminton, basket, futsal, archery hingga mencoba sepatu roda dan peralatan gym yang tersedia.
Terobosan radikal
Lepas dari urusan potensi pundi-pundi, Kota Bekasi dipandang masih perlu terobosan radikal. Urbanis Indonesia Bambang Eryudhawan mengatakan terobosan radikal tersebut menyangkut masalah penataan kota, bangunan, sirkulasi kota, ruang terbuka hijau, ruang publik, dan lain-lain.
Baca juga : Sampai 2020, Bekasi Dibanjiri 27 Mal
Pemerintah Kota Bekasi, kata Yudha, perlu duduk bersama dengan para pakar lintas sektor untuk merancang urban design yang fungsional dan estetis, kokoh, bukan murahan dan cepat aus.
"Kebijakan Pemerintah Kota Bekasi harus berorientasi pada pejalan kaki dan ruang terbuka kota. Buka pagar-pagar masif di tengah kota, segregasi dan eksklusifitas diminimalkan," tuntas Yudha.