Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sebut Lagi Planet Bekasi!

Kompas.com - 27/03/2018, 23:36 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

BEKASI, KOMPAS.com - Olok-olok yang sempat viral beberapa waktu lalu mengenai Kota Bekasi dan masih sesekali wira-wiri di media sosial saat ini, tampaknya harus segera diakhiri.

Planet Bekasi! Ya, ini adalah sebutan warganet terhadap kota penyangga Jakarta tersebut. Dilabeli "Planet Bekasi" karena semrawut, banyak jalan berlubang, panas, tata kota tidak teratur, sampah, banjir, dan miskin.

"Jika Anda menemui jalan bak kubangan kerbau, Anda telah berada di Bekasi". Demikian bunyi olok-olok yang demikian populer tersebut.

Baca juga : 140.000 Orang Jakarta dan Bekasi Berlibur di Mal Ini

Kini, Bekasi dengan segala potensinya dianggap sebagai pasar garapan paling menguntungkan oleh para pebisnis, terutama pengembang properti dan pengusaha ritel.

Potensi besar ini, sebut saja jumlah populasi sebanyak 2,7 juta orang atau lebih banyak ketimbang penduduk kota Bandung 2,3 juta jiwa, amat menarik para investor pemburu keuntungan.

Suasana peluncuran klaster Burgundy Residence Tahap III, Sabtu (24/3/2018).Dokumentasi Summarecon Agung Suasana peluncuran klaster Burgundy Residence Tahap III, Sabtu (24/3/2018).
Pertumbuhan ekonominya pun tercatat di atas rata-rata nasional yakni 5,7 persen pada 2017. sementara Indeks Pembangunan Manusia (IPM)-nya mencapai angka 70,5 atau tertinggi kedua di seluruh Jawa Barat.

Baca juga : Pasar Working Class Bekasi Tak Pernah Mati

Tak mengherankan jika raksasa properti Nasional, macam PT Summarecon Agung Tbk, Sinarmas Land Group, dan pengembang pelat merah PT PP Properti Tbk mengembangkan sayap bisnisnya di Kota Bekasi.

Executive Director PT Summarecon Agung Tbk Albert Luhur menuturkan, pasar Bekasi adalah yang paling aktif di antara kota penyangga Jakarta lainnya. Bahkan, bila dibandingkan dengan Jakarta sendiri sebagai sentra ekonomi Nasional.

"Itu terbukti dari hasil penjualan rumah. Saat ekonomi mengalami perlambatan, produk kami mampu terjual maksimal. Burgundy Tahap I dan 2 terjual 170 unit. Ini pencapaian yang luar biasa," kata Albert menjawab Kompas.com

Dengan kisaran harga Rp 1 miliar hingga Rp 3 miliar, produk Summarecon tersebut terjual hanya dalam hitungan jam. 

Suasana lobi Hotel Horison Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/2/2018), jelang kegiatan pengundian nomor urut pasangan calon walikota dan wakil Kota Bekasi, Kompas.com/Setyo Adi Suasana lobi Hotel Horison Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/2/2018), jelang kegiatan pengundian nomor urut pasangan calon walikota dan wakil Kota Bekasi,
Karena itulah, pengembang yang dirintis Klan Nagaria ini kemudian melansir produk teranyar Burgundy Tahap 3. 

Menurut Albert, banyak pembeli yang memilih rumah di Bekasi karena kemudahan akses untuk ulang-alik dari dan menuju Jakarta atau tempat aktivitas lainnya.

Sebut saja kereta komuter Jakarta-Bekasi, Jalan Tol Jakarta-Cikampek dengan banyak pintu tol, dan sebentar lagi kereta ringan atau light rail transit (LRT) yang akan beroperasi 2019 mendatang.

Baca juga : Catat, Jadwal Bus Saat Kebijakan Ganjil Genap Berlaku di GT Bekasi

Belum lagi fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya yang melengkapi kebutuhan warga Bekasi sehingga tidak perlu lagi datang ke Jakarta.

Sebut saja sekolah bertaraf internasional, perguruan tinggi, rumah sakit, pusat olahraga, Stadion Bekasi, pusat belanja, hotel berbintang, ruang konvensi, dan masih banyak lagi.

"Bekasi kini sudah maju. Daya beli warga Bekasi juga tinggi. Lihat saja, mal-mal penuh. Mereka enggak sekadar lihat-lihat (window shopping) juga beli makanan, baju dan gaya hidup," papar Albert.

Pengunjung menunjuk maket apartemen Grand Dhika City saat launching di Bekasi, Jawa Barat, Minggu (1/12/2013). Warta Kota/angga bhagya nugraha Pengunjung menunjuk maket apartemen Grand Dhika City saat launching di Bekasi, Jawa Barat, Minggu (1/12/2013).
Seksinya pangsa pasar Bekasi bahkan menstimulasi pebisnis ritel besar asal Perancis, Decathlon. Melalui PT Decathlon Sports Indonesia, mereka akan membuka gerai keduanya di Bekasi pada Desember 2018.

Baca juga : Mal di Bekasi Kini Jadi Tempat Tunaikan Janji...

CEO PT Decathlon Sports Indonesia Jeremie Ruppert Jeremie mengatakan, Bekasi adalah tempat yang sempurna untuk membuka gerai Decathlon kedua di Indonesia karena pasarnya sangat kuat.

Selain itu, minat warga Bekasi terhadap kegiatan olahraga, seperti Car Free Day (CFD) yang diadakan setiap hari Minggu di sepanjang Jalan Jendral Ahmad Yani juga tak kalah tinggi.

"Kami juga percaya bahwa menjadi aktif dan menemukan olahraga baru setiap hari adalah bagian penting dari gaya hidup sehat," tutur Jeremie.

Gerai Decathlon menempati lahan 6.000 meter persegi serta dilengkapi dengan fasilitas playground seluas 440 meter persegi yang dapat digunakan untuk bermain badminton, basket, futsal, archery hingga mencoba sepatu roda dan peralatan gym yang tersedia.

Gerai Decathlon di Summarecon Bekasi, Jawa Barat.Dokumentasi Decathlon Gerai Decathlon di Summarecon Bekasi, Jawa Barat.
Fasilitas ini dapat digunakan oleh masyarakat sekitar dan komunitas olahraga secara gratis lengkap dengan shower room.

Terobosan radikal

Lepas dari urusan potensi pundi-pundi, Kota Bekasi dipandang masih perlu terobosan radikal. Urbanis Indonesia Bambang Eryudhawan mengatakan terobosan radikal tersebut menyangkut masalah penataan kota, bangunan, sirkulasi kota, ruang terbuka hijau, ruang publik, dan lain-lain.

Baca juga : Sampai 2020, Bekasi Dibanjiri 27 Mal

Pemerintah Kota Bekasi, kata Yudha, perlu duduk bersama dengan para pakar lintas sektor untuk merancang urban design  yang fungsional dan estetis, kokoh, bukan murahan dan cepat aus.

"Kebijakan Pemerintah Kota Bekasi harus berorientasi pada pejalan kaki dan ruang terbuka kota. Buka pagar-pagar masif di tengah kota, segregasi dan eksklusifitas diminimalkan," tuntas Yudha.

 



Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com