Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jangan Sebut Lagi Planet Bekasi!

Planet Bekasi! Ya, ini adalah sebutan warganet terhadap kota penyangga Jakarta tersebut. Dilabeli "Planet Bekasi" karena semrawut, banyak jalan berlubang, panas, tata kota tidak teratur, sampah, banjir, dan miskin.

"Jika Anda menemui jalan bak kubangan kerbau, Anda telah berada di Bekasi". Demikian bunyi olok-olok yang demikian populer tersebut.

Kini, Bekasi dengan segala potensinya dianggap sebagai pasar garapan paling menguntungkan oleh para pebisnis, terutama pengembang properti dan pengusaha ritel.

Potensi besar ini, sebut saja jumlah populasi sebanyak 2,7 juta orang atau lebih banyak ketimbang penduduk kota Bandung 2,3 juta jiwa, amat menarik para investor pemburu keuntungan.

Tak mengherankan jika raksasa properti Nasional, macam PT Summarecon Agung Tbk, Sinarmas Land Group, dan pengembang pelat merah PT PP Properti Tbk mengembangkan sayap bisnisnya di Kota Bekasi.

Executive Director PT Summarecon Agung Tbk Albert Luhur menuturkan, pasar Bekasi adalah yang paling aktif di antara kota penyangga Jakarta lainnya. Bahkan, bila dibandingkan dengan Jakarta sendiri sebagai sentra ekonomi Nasional.

"Itu terbukti dari hasil penjualan rumah. Saat ekonomi mengalami perlambatan, produk kami mampu terjual maksimal. Burgundy Tahap I dan 2 terjual 170 unit. Ini pencapaian yang luar biasa," kata Albert menjawab Kompas.com. 

Dengan kisaran harga Rp 1 miliar hingga Rp 3 miliar, produk Summarecon tersebut terjual hanya dalam hitungan jam. 

Menurut Albert, banyak pembeli yang memilih rumah di Bekasi karena kemudahan akses untuk ulang-alik dari dan menuju Jakarta atau tempat aktivitas lainnya.

Sebut saja kereta komuter Jakarta-Bekasi, Jalan Tol Jakarta-Cikampek dengan banyak pintu tol, dan sebentar lagi kereta ringan atau light rail transit (LRT) yang akan beroperasi 2019 mendatang.

Belum lagi fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya yang melengkapi kebutuhan warga Bekasi sehingga tidak perlu lagi datang ke Jakarta.

Sebut saja sekolah bertaraf internasional, perguruan tinggi, rumah sakit, pusat olahraga, Stadion Bekasi, pusat belanja, hotel berbintang, ruang konvensi, dan masih banyak lagi.

"Bekasi kini sudah maju. Daya beli warga Bekasi juga tinggi. Lihat saja, mal-mal penuh. Mereka enggak sekadar lihat-lihat (window shopping) juga beli makanan, baju dan gaya hidup," papar Albert.

CEO PT Decathlon Sports Indonesia Jeremie Ruppert Jeremie mengatakan, Bekasi adalah tempat yang sempurna untuk membuka gerai Decathlon kedua di Indonesia karena pasarnya sangat kuat.

Selain itu, minat warga Bekasi terhadap kegiatan olahraga, seperti Car Free Day (CFD) yang diadakan setiap hari Minggu di sepanjang Jalan Jendral Ahmad Yani juga tak kalah tinggi.

"Kami juga percaya bahwa menjadi aktif dan menemukan olahraga baru setiap hari adalah bagian penting dari gaya hidup sehat," tutur Jeremie.

Gerai Decathlon menempati lahan 6.000 meter persegi serta dilengkapi dengan fasilitas playground seluas 440 meter persegi yang dapat digunakan untuk bermain badminton, basket, futsal, archery hingga mencoba sepatu roda dan peralatan gym yang tersedia.

Terobosan radikal

Lepas dari urusan potensi pundi-pundi, Kota Bekasi dipandang masih perlu terobosan radikal. Urbanis Indonesia Bambang Eryudhawan mengatakan terobosan radikal tersebut menyangkut masalah penataan kota, bangunan, sirkulasi kota, ruang terbuka hijau, ruang publik, dan lain-lain.

Pemerintah Kota Bekasi, kata Yudha, perlu duduk bersama dengan para pakar lintas sektor untuk merancang urban design  yang fungsional dan estetis, kokoh, bukan murahan dan cepat aus.

"Kebijakan Pemerintah Kota Bekasi harus berorientasi pada pejalan kaki dan ruang terbuka kota. Buka pagar-pagar masif di tengah kota, segregasi dan eksklusifitas diminimalkan," tuntas Yudha.



https://properti.kompas.com/read/2018/03/27/233657421/jangan-sebut-lagi-planet-bekasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke