KompasProperti – Geliat ekonomi digital kian menjepit peritel konvensional. Kali ini, giliran Thomas Cook mulai terjerembab.
Seperti dilansir Daily Mail, Jumat (1/12/2017), jaringan ritel wisata itu segera menutup 50 gerainya di Inggris sebagai bagian dari upaya restrukturisasi.
Adapun penutupan direncanakan berlangsung mulai saat ini hingga Maret 2018 mendatang.
Dengan berhenti beroperasinya 50 gerai, sebanyak 400 karyawan terancam kehilangan pekerjaan.
Baca juga: Kisah Mengharukan di Balik Tutupnya Toko-toko Ritel...
Direktur Ritel dan Pelanggan Thomas Cook Kathryn Darbandi mengatakan, pihaknya mesti menganalisis kembali model bisnis mereka di Negeri Ratu Elizabeth.
Hal itu dilakukan guna mengantisipasi perubahan tren ritel konvensional menjadi daring (online).
"Jelas bahwa untuk berhasil kami harus beroperasi sebagai bisnis omni-channel (berbagai sarana baik toko fisik atau daring),” ungkap Kathryn.
Menurut dia, kian banyak konsumen Thomas Cook yang memilih transaksi melalui situs resmi perusahaan dibandingkan datang langsung ke toko.
Diperkirakan transaksi daring tersebut telah mencapai separuh dari total penjualan Thomas Cook.
Baca juga: Bisnis Belanja "Online" Sudah Ada Sejak 15 Tahun Lalu
Meski begitu, pihak Thomas Cook memastikan kehadiran gerai konvensional tetap menjadi bagian penting bisnis mereka.
Sebagai informasi, kabar penutupan 50 gerai tersebut terjadi hanya empat tahun setelah Thomas Cook memangkas 195 cabangnya.
Raksasa liburan itu merilis pendapatan yang diraih senilai 52 juta Poundsterling sepanjang tahun ini sampai 30 September lalu. Angka itu turun dari tahun sebelumnya yakni 86 juta Poundsterling.
Saling susul
Kabar Tumbangnya Thomas Cook terjadi dalam waktu berdekatan dengan peritel mainan Toys R Us yang juga mengumumkan rencana penutupan seperempat gerainya di Inggris.
Pihak Toys R Us bakal mengambil langkah radikal pada Senin (4/12/2017) untuk mengusulkan sebuah proses bernama company voluntary arrangement (CVA).
CVA merupakan mekanisme yang memungkinkan Toys R Us mengatur dana dan operasionalnya sambil menikmati perlindungan dari kreditor mereka.
Langkah tersebut, yang memerlukan persetujuan sedikitnya 75 persen dari kreditor perusahaan, bakal membuat paling tidak 25 dari 105 gerai Toys R Us di Inggris gugur.
Baca juga: Bisnis Ritel Makin Suram, "Toys R Us" Bersiap Tutup 25 Toko
Fenomena tumbangnya ritel di Inggris memang telah diprediksi sebelumnya.
"Peritel pada tahun ini lebih paranoid daripada biasanya," cetus Keith Richardson, Kepala Bagian Ritel Lloyds Bank, seperti dikutip CNBC, Rabu (8/11/2017).
Menurut British Retail Consortium, bisnis ritel di negeri Big Ben tengah merosot. Penjualan dalam toko non-makanan turun sebesar 2,9 persen dalam tiga bulan sampai Oktober lalu atau melorot 2,1 persen jika dibandingkan tahun lalu.
“Secara keseluruhan, daya beli konsumen telah menurun dibandingkan tahun lalu. Hal itu disebabkan percepatan laju inflasi yang menggerus keyakinan pembeli untuk megeluarkan uangnya,” ungkap Helen Dickinson, Chief Executive British Retail Consortium.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.