Taman indah yang sangat bersejarah bagi warga Seoul ini pada 1860-an menjadi tempat penyiksaan dan pembunuhan para martir misionaris Katolik di Korea. Karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran dinasti Daewo-gun saat itu, tak kurang dari 120-an pengikut Katolik disiksa secara kejam, penggal dan dilemparkan ke jurang, yang sekarang tepat berada di pinggir jalan raya distrik Mapo-gu.
Dengan konstruksi infrastruktur dan hutan beton residensial di sekitarnya, tempat ini dapat tetap menjadi ruang kota yang begitu nyaman. Di dalam kompleks taman pun, menjadi tempat peristirahatan modern dengan kapasitas ribuan warga, sebuah tempat menaruh abu jenazah warga kota yang ditata begitu indah dan menyejukan. Warga Korea sebagian besar mengkremasi jenazah, dan kemudian abunya ditempatkan di lokasi-lokasi seperti Jeoldu-san ini.
Jeoldu-san adalah contoh ekstrem bagaimana ruang kota bisa manusiawi, dan berskala manusia. Bisa menjadi tempat yang damai, sekaligus berfungsi untuk penggunaan lahan seperti pemakaman yang sangat sulit didapat saat ini.
Infrastruktur masif modern seperti jalan tol dan light rail transit (LRT) melintas di atas dan di bawahnya, jaringan utilitas seperti listrik, telepon, internet, dan air tertanam rapi secara aman. Semua untuk memberikan ruang layak hidup bagi warga kota modern.
Bisakah kota kita rapi, sehingga tiang listrik pun aman terhadap ancaman ditabrak kendaraan lewat?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.