Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bernardus Djonoputro
Ketua Majelis Kode Etik, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP)

Bernardus adalah praktisi pembiayaan infrastruktur dan perencanaan kota. Lulusan ITB jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah, dan saat ini menjabat Advisor Senior disalah satu firma konsultan terbesar di dunia. Juga duduk sebagai anggota Advisory Board di Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung ( SAPPK ITB).

Selain itu juga aktif sebagai Vice President EAROPH (Eastern Region Organization for Planning and Human Settlement) lembaga afiliasi PBB bidang perencanaan dan pemukiman, dan Fellow di Salzburg Global, lembaga think-tank globalisasi berbasis di Salzburg Austria. Bernardus adalah Penasehat Bidang Perdagangan di Kedubes New Zealand Trade & Enterprise.

Reklamasi, Kota Skala Manusia, dan Tiang Listrik yang Aman

Kompas.com - 20/11/2017, 11:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHilda B Alexander

Seoul dengan penciptaan daratan baru di Incheon dan pembangunan kota baru Songdo, dibanggakan sebagai titik awal pembangunan smart city di dunia.

Sejak puncak pembangunan Korea akhir 1970-an, kota di sana pun masuk jajaran kota dunia, dengan suksesnya menjadi tuan rumah perhelatan dunia Olimpiade 1988, Piala Dunia 2002, dan sekarang Olimpiade Musim Dingin Peongchang 2018.

Jalan besar dan masif masih seperti koridor Itaewon, jaringan jalan utama di koridor distrik pusat kota seperti Meongdong, Gangnam dan Seongdong-gu, menjadikan kota yang dingin dan keras.

Koridor Osaka dan Tokyo, pun demikian. Pembangunan infrastruktur dasar menjadi penghela pembangunan. Sejak dimulainya kereta cepat Shinkansen generasi pertama, yaitu Zero-kei Hikari pada tahun 1964, koridor ini terus berkembang seiring keinginan warga untuk bergerak lebih cepat.

Kei generasi satu mengangkut orang ke Tokyo dari Osaka dalam waktu 3 jam 10 menit, dan kini generasi terakhir sudah bisa hanya 2.5 jam.

Semua kendaraan di Hangzhou, China, berjalan pada jalurnya. Tak ada saling serobot atau mengambil jalur yang bukan haknya.Hilda B Alexander/Kompas.com Semua kendaraan di Hangzhou, China, berjalan pada jalurnya. Tak ada saling serobot atau mengambil jalur yang bukan haknya.
China jangan ditanya. Kota-kota utama, sekunder dan tersiernya direncanakan dan dibangun dengan visi kota masif, dengan skala yang begitu kontras. Lebar jalan, jembatan, pedestrian dan rusunawa seolah ingin mengatakan bahwa orang berperawakan kecil pun bisa menjadi raksasa. Si liliput ingin menjadi Gulliver. Dalam hal ini, mereka berhasil.

Singapura sejak pertama kali menggulirkan program reklamasi pantainya tahun 1849 dengan perbaikan kawasan pinggir sungai oleh Sir Stamford Raffles, sampai kini hampir 25 persen atau 72.000 hektar wilayah negaranya berasal dari urugan tanah reklamasi!

Kota Skala Manusia

Perkembangan kota-kota dunia saat ini sedang berubah pesat untuk melawan sprawl atau perkembangan melebar horisontal, dan terus berkembang kembali ke pusat.

Warga muda kota pun semakin membutuhkan lokasi yang mudah dijangkau dan efisien, walaupun mereka berkorban tinggal di ruang petak sekian lantai di atas permukaan bumi. Kota pun semakin kompak dan tumbuh vertikal.

Sepeda merupakan alat transportasi yang digunakan penduduk Kopenhagen, Denmark sehari-hari.SHUTTERSTOCK Sepeda merupakan alat transportasi yang digunakan penduduk Kopenhagen, Denmark sehari-hari.
Kota-kota dunia yang merupakan cikal bakal peradaban urban seperti Paris, London, Barcelona, Vienna, Kopenhagen, bahkan kota yang relatif baru seperti Melbourne dan Adelaide, sebaliknya direncanakan dalam keterbatasan ruang.

Dunia pun melihat lahirnya perancang kota seperti Jan Gehl, Jeff Speck dan Amanda Burden yang memiliki pengaruh kuat dalam membuat kota kompak ini pun semakin ramah penduduk, berskala manusia dimanfaatkan warga bisa berjalan kaki dan bersepeda, efisien dan tetap indah dan hijau.

Sosiolog dunia seperti Saskia Sassen pun sudah memprediksi bagaimana kota akan menjadi semakin kompleks dalam menciptakan ruang bagi warg nya.

Maka ketika ruang baru tercipta di kota hasil reklamasi, kita pun lalu bertanya, seperti apa ruang bagi warga? Bagaimana kegiatan warga dapat digabungkan dengan pelestarian peradaban warga dan menjunjung tinggi nilai-nilai utuh bangsa? Bagaimana sejarah masa lalu menjadi tonggak dalam kehidupan kota yang semakin harmonis?

Salah satu sudut kota Seoul, Korea Selatan.Bernardus Djonoputro Salah satu sudut kota Seoul, Korea Selatan.
Saya sangat terkesan ketika mengunjungi dan berziarah ke pojok kota Seoul yaitu Jeoldu-san. Berada di atas bukit karang kecil d ipinggir sungai Han, tempat yang ditata demikian indah ini dengan berbagai karya seniman kontemporer Korea, terasa begitu damai dan tenteram.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com