Sementara Dewi Kartika membeli hunian seharga di bawah Rp 200 juta di Depok ketika sudah memiliki anak pada usia 27 tahun.
"Saya membelinya melalui KPR, join income dengan suami. Selain itu, uang mukanya terjangkau," kata perempuan yang berprofesi sebagai communication consultant ini.
Dengan tambahan cicilan KPR ini, Dewi dan suami harus mengeluarkan pos rutin bulanan sekitar Rp 20 juta.
Sistem sewa
Dewi menganalisa, bekerja di Jakarta dan membeli rumah di kota satelit jelas bukan pilihan generasi milenial.
Mereka, kata dia, lebih suka tinggal di lokasi dengan kemudahan akses ke mana pun. Termasuk akses ke kantor, dan ke tempat aktivitas sehari-hari.
Jarang ada generasi milenial yang mau mengenyampingkan kenyamanan dengan memilih rumah yang jauh tapi murah.
"Mereka lebih memilih rumah kos yang dekat kantor," imbuh Dewi.
Oleh sebab itu, dia menyarankan kepada pemerintah untuk mengontrol harga tanah dan properti, serta menyediakan hunian susun untuk generasi milenial yang masih single dengan sistem sewa.
Sementara Adrianus meminta pemerintah memperbanyak apartemen terintegrasi transit oriented development (TOD) dengan memberikan subsidi murah.
"Jadi, generasi milenial bisa punya hunian di tengah kota dan berefek mengurangi kemacetan juga," tuntas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.