Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalah dari Malaysia, Indonesia Turun ke Peringkat 8 Dunia

Kompas.com - 12/07/2017, 20:42 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Reformasi besar yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2016 memungkinkan investor asing untuk memiliki saham mayoritas di department store dan mengizinkan kepemilikan penuh atas perusahaan e-commerce.

Langkah-langkah ini dibantu oleh investasi berkelanjutan di bidang infrastruktur, terutama pilihan transportasi laut dan darat untuk memacu pertumbuhan dan menawarkan akses ke daerah-daerah yang kurang penduduknya.

Ada pun peritel internasional yang telah masuk dan memperluas ekspansi di pasar ritel Indonesia adalah  LC Waikiki (Turki), Central Group (Thailand), Lotte Group (Korea Selatan), dan Aeon (Jepang).

Peritel kesehatan dan kecantikan juga tak kalah antusias. Operator ritel multiformat lokal, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) meluncurkan konsep kesehatan dan kecantikan baru, Boston Combo, di pusat perbelanjaan Pluit Village di Jakarta Utara pada tahun 2016.

Toko ini menawarkan pilihan lengkap produk kesehatan dan kecantikan serta layanan seperti pewarnaan rambut.

Selain mereka, perusahaan e-commerce global juga masuk pasar yang secara tradisional didominasi oleh pemain domestik.

Di antaranya adalah Alibaba yang mengakuisisi Lazada senilai 1 miliar dollar AS. Sebelumnya, eBay membuka kantor pertamanya di Indonesia, membangun usaha patungan dengan TelkomMetra.

Ilustrasi.www.shutterstock.com Ilustrasi.
"Namun, kabar dari bisnis ritel ini tidak semuanya positif," kata AT Kearney.

PT Modern Internasional, operator toko swalayan 7-Eleven melaporkan penurunan penjualan dan menutup 25 gerai nasional, terutama karena larangan minum alkohol di minimarket.

Meski menarik, AT Kearney memperingatkan peritel asing yang mempertimbangkan masuk pasar Indonesia harus waspada terhadap potensi krisis ekonomi pada tahun-tahun mendatang.

Inflasi diperkirakan akan meningkat menjadi 4,5 persen pada akhir 2017 dari 3,2 persen pada tahun sebelumnya.

"Giro dan defisit fiskal membuat Rupiah juga rentan terhadap goncangan negatif di pasar modal global, yang mungkin melemahkan daya beli, terutama di kalangan konsumen berpenghasilan rendah," tutup AT Kearney.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com