Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangun Kereta Cepat, Thailand-Malaysia Bimbang Pilih China atau Jepang

Kompas.com - 07/02/2017, 15:21 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Jaringan ini terhubung dengan jalur lain, yaitu penghubung Nong Khai di sisi Thailand dan perbatasan dengan Bangkok.

Sulit untuk membayangkan Beijing tidak akan jadi pusat perhatian jika Thailand dan Malaysia mencari bantuan untuk kereta api kecepatan tinggi yang direncanakan.

Pada saat yang sama, Jepang juga ingin mengekspor teknologi kereta peluru Shinkansen-nya.

Saat ini, Shinkansen sudah beroperasi di Taiwan dan ada penawaran yang ditandatangani di India dan Thailand.

Pada 2015, Jepang kalah dari China dalam perebutan proyek rel kecepatan tinggi di Indonesia yang membentang sepanjang Jakarta-Bandung.

Jepang dan China juga sedang berlomba-lomba untuk proyek Singapura-Kuala Lumpur, yang akan menjadi proyek kereta api pertama lintas batas kecepatan tinggi di Asia Tenggara.

Pemerintah Singapura dan Malaysia telah sepakat untuk membangun jalur kereta api sepanjang 350 kilometer untuk memulai operasi pada 2026.

Rute Kuala Lumpur-Bangkok yang diusulkan akan memperpanjang jalur melalui Semenanjung Melayu.

Adapun rute yang saat ini dilayani oleh kereta api berkecepatan rendah beroperasi pada ukuran trek 1 meter.

Kereta api berkecepatan tinggi akan membutuhkan satu set baru trek 1,4 meter dengan standar-gauge.

Shinkansen sangat mahal

Thailand saat ini memiliki dua proyek kereta api kecepatan tinggi lainnya dalam daftar pembangunan.

Mengenai proyek Shinkansen, Arkhom mengatakan bahwa Thailand berencana untuk mengusulkan investasi melalui perusahaan patungan.

Berdasarkan studi Jepang, biaya yang diusulkan untuk seluruh 670 kilometer menghubungkan Bangkok dan Chiang Mai diperkirakan sekitar 14,2 miliar dollar (Rp 189,36 triliun). Dari angka ini, Arkhom menilai proyek tersebut sangat mahal.

Sementara proyek kereta api China yang menghubungkan perbatasan Laos dan ibu kota Thailand yang mencakup jarak lebih jauh 873 kilometer, hanya membutuhkan biaya 379 miliar baht (Rp 144,2 triliun).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com