Meski begitu, kondisi ini justru dianggap Wu sebagai kans besar untuk bangkit kembali. Sekaranglah saat yang tepat masuk ke Indonesia.
"Kami percaya, saat di titik terbawah adalah waktu yang tepat untuk investasi properti. Ada peluang untuk mendapatkan keuntungan setelah itu," imbuh Wu.
Bukan yang pertama
PT Sindeli Propertindo Abadi bukanlah pengembang atau investor dari Negeri Tirai Bambu pertama yang membidik pasar Indonesia.
Sebelumnya terdapat Hongkong Land, China Sonangol, dan CCCG, sekadar menyebut contoh perusahaan skala raksasa. Belum lagi nama-nama macam Kingland Group, dan Moizland Group.
Baca: Menepis Anggapan Buruk tentang Pengembang China
Head of Advisory JLL Indonesia, Vivin Harsanto, menuturkan, masuknya para pengembang China ke Indonesia bukan semata over heating pasar properti dalam negerinya, melainkan potensi pasar properti Indonesia yang besar yang didorong oleh pertumbuhan kelas menengah.
Selain itu, Indonesia tengah menggenjot percepatan pembangunan infrastruktur jalan tol, jalan bebas hambatan, pelabuhan, dan transportasi berbasis rel berupa kereta cepat Jakarta-Bandung.
"Tentu program infrastruktur pemerintah ini menarik perhatian pengembang China. Akan ada banyak peluang peningkatan demand untuk sekto industri dan hunian," tambah Vivin.
PT Sindeli Propertindo Abadi sendiri berencana mengembangkan 6 menara apartemen, mal seluas 3.000 meter persegi, dan hotel. Harga jual apartemennya dipatok sekitar Rp 11 juta hingga Rp 13 juta atau Rp 260 juta untuk tipe studio.
Baca: Kiprah Pengembang China Makin "Menggila"
Setelah Jakarta Living Star selesai pada 2020 nanti, mereka merencanakan mengembangkan properti lainnya di kawasan Cikeas seluas 150 hektar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.