Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kota Hantu" Kangbashi, Bencana Perkotaan di China

Kompas.com - 02/08/2016, 19:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

KOMPAS.com - Kota bernama Ordos atau Kangbashi di China disebut-sebut sebagai kota hantu terbesar di dunia. Pasalnya, hampir semua bangunan di sana kosong dan kotanya sendiri tidak berpenduduk.

Terletak di provinsi terpencil Mongolia, Ordos berada di seperenam lokasi cadangan batubara China dan menjadikannya menarik untuk pusat pengembangan.

Pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, perusahaan tambang swasta mendapatkan izin untuk menggali batubara di Ordos. Hal itu kemudian menimbulkan dampak bisnis yang menghasilkan banyak pendapatan pajak.

"Pemerintah setempat kemudian memutuskan secara ambisius untuk membangun kota ini dari nol," kata fotografer Raphael Oliver yang membuat rangkaian foto Kangbashi berjudul 'Ordos-A Failed Utopia.'

Raphael Olivier Kantor pemerintahan direlokasi dari kabupaten yang berjarak 20 mil di utara ke Ordos agar membuat para pekerja pemerintahan tertarik tinggal di dekat tempat kerja.

Pada 2005, pemerintah mulai menginvestasikan ratusan juta Renminbi untuk membangun infrastruktur dan properti.

Namun selang lima tahun kemudian, tepatnya pada 2010, melimpahnya perumahan yang tidak ada sama sekali calon pembelinya, menyebabkan bubble atau gelembung hingga akhirnya meledak.

Tingginya pajak properti juga membuat banyak keluarga urung pindah ke Ordos. Selain itu, Kota Baru Ordos ini hanya berjarak beberapa kilometer dari 'Kota Lama Ordos' sehingga membuat orang-orang tak melihat keuntungan untuk pindah.

"Pada akhirnya, hanya pejabat pemerintahan dan pekerja konstruksi yang secara efektif tinggal di sini dan meninggalkan bagian lain kota hingga benar-benar kosong," ungkap Olivier.

Apartemen kosong di Ordos Kangbashi, China.

Beberapa bangunan seperti apartemen, ruang perkantoran, dan bahkan stadion olahraga mengalami kekosongan. Kebanyakan apartemen Ordos mengalami kekosongan hingga 90 persen sejak 2010.

Stadion Ordos Dongsheng yang memiliki kapasitas 35.000 penonton sampai saat ini tidak pernah terisi penuh sesuai kapasitasnya.

Bukan hanya itu, tekanan untuk membangun cepat dan murah meninggalkan sejumlah struktur bangunan rusak selepas konstruksi selesai. Selain itu banyak juga bangunan yang mangkrak.

Raphael Olivier Stadion Ordos Dongsheng yang memiliki kapasitas 35 ribu penonton sampai saat ini tidak pernah terisi penuh sesuai kapasitasnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah setempat berupaya untuk mendatangkan penghuni ke Ordos. Para petani diberikan iming-iming kompensasi dan apartemen gratis agar mau pindah.

Kantor pemerintahan direlokasi dari kabupaten yang berjarak 20 mil di utara ke Ordos agar membuat para pekerja pemerintahan tertarik tinggal di dekat tempat kerja.

Sebagai hasil dari upaya tersebut, kini Ordos diklaim memiliki 100.000 penghuni. Kendati begitu, angka tersebut masih sulit dibuktikan bahkan beberapa spekulasi menyebutkan bahwa pemerintahan menyembunyikan jumlah asli penghuni Ordos untuk menutup bencana pembangunan perkotaan ini.

Raphael Olivier/Daily Mail Museum Ordos dengan desain yang unik namun jarang dikunjungi karena minimnya penduduk dan pengunjung ke kota itu.

Olivier kemudian menyebut langkah pemerintah untuk membangun dan orang-orang yang diperkirakan akan datang merupakan kegagalan luar biasa dalam pembangunan perkotaan.

Hal ini secara representatif menunjukkan masalah serius di China ketika para pejabat di sana berharap adanya ledakan penduduk hingga dua kali lipat pada 2020.

"Fenomena ini benar-benar seperti kanker dalam pengembangan negara China dan menjadi ancaman serius bagi perekonomian mereka," tandas Olivier.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau