Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Mau Disebut "Kota Hantu", Kangbashi Minta Dimasukkan dalam Peta China

Kompas.com - 02/08/2016, 13:23 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber Forbes

KOMPAS.com - Ordos Kangbashi dikenal sebagai "kota hantu" terbesar China. Disebut kota hantu, karena Ordos Kangbashi tidak dihuni oleh penduduk seperti kebanyakan kota-kota yang ada.

Namun, saat ini, kota tersebut diklaim hampir benar-benar penuh. Meski kenyataannya di lapangan, tidak demikian. Mengapa bisa begitu?

Penjelasannya, Ordos adalah kota tingkat prefektur dengan penduduk dua juta orang. Di China, kota tingkat prefektur biasanya dipecah menjadi kabupaten yang lebih kecil, kabupaten, sub-kota, kota, dan desa.

Dalam hamparan Ordos, Kangbashi berada di perbatasan kabupaten Dongsheng dan Yijinhuoluo, yang merupakan bagian dari divisi tingkat kabupaten yang disebut Ejin Horo Banner.

Kota baru yang mulai dibangun pada tahun 2004 ini, sekarang membentang tanpa hambatan melintasi Sungai Wulanmulun, yang merupakan perbatasan antara dua wilayah administratif tersebut.

Inti pusat kota Kangbashi ada di sisi utara sungai, sementara kompleks perumahan di sisi selatan.

Dua area ini tampak seperti daerah perkotaan yang berdekatan. Tak seorang pun yang menebak bahwa keduanya adalah tempat yang sama.

Yang membuat Ordos Kangbashi lebih misterius daripada menjadi sebuah kota yang baru dibangun di tengah gurun adalah kenyataan bahwa tempat ini belum diakui sebagai sebuah entitas administratif.

Meskipun kota baru ini telah memiliki pusat kota yang hidup dengan bangunan toko-toko dan restoran, bersama dengan penduduk mendekati 100.000 orang, dalam pandangan Beijing, Kangbashi tidak ada.

Hal tersebut membuat pemerintah administrasi Kangbashi ini berupaya mengajukan petisi kepada Beijing untuk secara resmi menempatkan kota ini dalam peta.

Hal yang menarik adalah bahwa pengajuan Kangbashi untuk pengakuan resmi, menghilangkan daerah di sebelah selatan Sungai Wulanmulun. Ini mungkin bukan kebetulan terjadi di mana mayoritas perumahan yang kosong berada.

Pada dasarnya, dengan memotong daerah ini dari Kangbashi, tempat tersebut tiba-tiba menjadi hampir sepenuhnya dihuni, yang memiliki empat atau lima komplek perumahan.

Definisi kota

Ada perbedaan mendasar antara bagaimana China dan Barat mendefinisikan dan memanfaatkan istilah "kota."

Di Cina, "kota" adalah lebih dari sebuah istilah administrasi yang digunakan untuk menunjukkan bahwa hamparan tanah berada di bawah naungan tingkat tertentu pemerintah kota.

Di bawah termin ini, banyak tanah yang berada di bawah otoritas kota yang sejatinya hanya merupakan nama.

Seringnya tanah ini hanya mencakup hamparan besar daerah pertanian, pegunungan, hutan, atau padang pasir. Hal ini membuat China dapat memiliki "kota" seukuran North Carolina.

Misalnya, Hulunbuir di Inner Mongolia adalah daerah kota terbesar di dunia dengan ukuran yang bisa lebih besar dari Selandia Baru, tetapi lebih dari 99 persen diisi padang rumput.

Konsep sebuah kota berarti bahwa daerah perkotaan yang berdekatan sebenarnya dapat dibagi antara beberapa himpunan bagian pemerintah yang berbeda dan terpisah.

Sementara ketika membagi Kangbashi antara dua entitas administratif yang berbeda mungkin tampak seperti cara mudah untuk daerah baru menghilangkan kritik kota hantu.

Agar sebuah kota baru di China secara resmi diakui, sejumlah kualifikasi harus dipenuhi. Kualifikasi ini yaitu, populasi, gross domestic product  (GDP), ukuran, dan fasilitas harus berada pada tingkat tertentu.

Agar upaya Kangbashi mengubah status tingkat kabupaten-kota sukses, pemerintahnya harus memangkas beberapa hal. Artinya, memotong area yang tidak dihuni di sisi lain sungai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com