"Walaupun kontraktor reklamasinya terkenal tapi kalau tidak diawasi, tidak disupervisi akan kacau jadinya," cetus Ciputra. (Baca: Anggarkan Rp 3,5 Triliun, Ciputra Siapkan Proyek Raksasa di Makassar)
Pembangunan pulau rekayasa, lanjut Ciputra, sejatinya berdampak positif dan membawa manfaat dari segi ekonomi. Hanya jika pelaksanaannya prosedural, taat izin, dan tentu dengan kajian-kajian mendalam.
Selain itu, menurut dia, reklamasi adalah jawaban atas masalah kelangkaan lahan dengan harga yang sudah tidak masuk akal. Singapura yang lahannya terbatas, juga melakukan ekspansi ke laut.
"Sekarang lihat, Ancol jadi kawasan modern, kawasan rekreasi, hiburan dan wisata terpadu. Sebagian orang Jakarta mungkin pacarannya di Ancol," seloroh Ciputra.
Hal ini pula yang kelak dilakukan Ciputra di Kota Makassar Sulawesi Selatan, melalui CitraLand City Losari. (Baca: Resmi, Megaproyek Center Point of Indonesia Jatuh ke Tangan Ciputra)
Ciputra melalui tentakel PT Ciputra Surya Tbk menggandeng PT Yasmin Bumi Asri membentuk KSO Ciputra Yasmin untuk merealisasikan megaproyek senilai Rp 3,5 triliun tersebut. (Baca: Garuda Raksasa di Kawasan Timur Indonesia)
"Kami akan melakukan reklamasi seluas 106,41 hektar dari total area pengembangan Center Point of Indonesia 157,23 hektar. Seluas 50,47 hektar di antaranya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan," papar Direktur Utama PT Ciputra Surya Tbk, Harun Hajadi.
Dalam pandangan Ciputra, Makassar punya potensi besar untuk sejajar dengan Jakarta, Surabaya, bahkan Singapura. Kota ini bisa dirancang lebih modern, sebagai gerbang Indonesia Timur.
Makassar itu kaya. Makassar itu, masa depan Indonesia. "Kami punya empat proyek di sana. Setiap tahun penjualannya selalu meningkat, Rp 1 triliun, Rp 1,5 triliun," ungkap Ciputra. (Baca: Rp 30 Triliun Bakal Mengucur di Losari)
Putra mahkota
Ciputra menyadari, usianya tidak muda lagi. Gestur tubuhnya tidak gesit lagi, namun dia tak pernah berhenti memproduksi ide-ide dan pandangannya ke depan tentang properti.
Oleh karena itu, Ciputra telah mempersiapkan organisasi, capacity building, dan juga personal-personal muda yang mumpuni di bidangnya. Termasuk putera-puteri, dan cucu-cucunya.
"Tantangan sektor properti Indonesia saat ini semakin kompleks. Bahkan tingkat kesulitannya lebih tinggi dibanding saat saya memulai dulu. Semakin banyak pesaing baik dari dalam negeri maupun asing, berbagai regulasi baru, tren baru, dan masalah kelangkaan lahan," urai dia.
Demikian halnya dengan persiapan putera mahkota yang akan mewarisi dan menggantikan estafet kepemimpinannya.
Menurutnya, semua sudah mendapatkan dan melakukan peran yang dia harapkan. Rina, Junita, Candra, Cakra sebagai anak kandung maupun Budiarsa dan Harun sebagai menantu telah menorehkan prestasi melalui peran masing-masing.