JAKARTA, KOMPAS.com - Sosok satu ini merupakan begawan properti paling berpengaruh di Indonesia. Dialah Ciputra.
Kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931 ini mewarisi karya yang kelak menjadi cikal bakal kawasan-kawasan pertumbuhan ekonomi baru.
Sebut saja BSD City, CitraRaya Tangerang, Taman Impian Jaya Ancol, Pondok Indah, Pantai Indah Kapuk, dan proyek-proyek skala kota lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia.
Ciputra adalah pembaru yang gagasan, pemikiran, terobosan, dan inovasinya melampaui zamannya.
"Sosok yang menginspirasi, panutan, dan pembimbing yang handal," sebut Business Development Manager Ciputra Group, sekaligus cucu Ciputra, Cipta Harun.
Selama lebih dari lima dekade pergulatannya dengan bisnis properti, Ciputra telah membangun tiga imperium yakni Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Sembilan di antara anak-anak usaha ketiga "pohon bisnis" ini merupakan perusahaan terbuka.
Kinerja keuangan ketiganya terus memperlihatkan grafik menanjak. Laba bersih yang dicetak per 31 Desember 2015 senilai Rp 4,9 triliun dari pendapatan Rp 33,3 triliun.
Laba bersih dan pendapatan ini melonjak 18,3 persen dan 15,71 persen dari catatan tahun sebelumnya. Sementara total kapitalisasi pasar menyentuh angka Rp 75,7 triliun.
Karena kiprah dan pemikiran-pemikirannya inilah Channel News Asia memberikan apresiasi kepada Ciputra berupa "Lifetime Achievement Luminary Award 2013". (Baca: Ciputra, Orang Indonsia Pertama Peraih "Luminary")
Ciputra berkata, untuk sampai pada pencapaian ini tidak dilalui dengan mudah. Terlebih saat dia memulai pembangunan proyek reklamasi skala jumbo bertajuk Taman Impian Jaya Ancol pada 1966.
"Banyak tentangan dari aktivis lingkungan, dari masyarakat sekitar terutama nelayan. Dan yang paling keras menentang tentu dari media," ujar Ciputra memulai kisahnya dalam perbincangan selama 30 menit dengan Kompas.com, di DBS Tower, Jakarta, Kamis (24/3/2016).
Aksi mereklamasi Ancol menjadi kawasan wisata terpadu, aku Ciputra, tidak dilakukan serampangan. Persiapan dan studi kelayakan dilakukan dalam waktu lima tahun.
Dalam pelaksanaan reklamasinya pun BPP Proyek Ancol menunjuk supervisor Witteveen+Bos untuk melakukan pengawasan langsung.
"Walaupun kontraktor reklamasinya terkenal tapi kalau tidak diawasi, tidak disupervisi akan kacau jadinya," cetus Ciputra. (Baca: Anggarkan Rp 3,5 Triliun, Ciputra Siapkan Proyek Raksasa di Makassar)
Pembangunan pulau rekayasa, lanjut Ciputra, sejatinya berdampak positif dan membawa manfaat dari segi ekonomi. Hanya jika pelaksanaannya prosedural, taat izin, dan tentu dengan kajian-kajian mendalam.
Selain itu, menurut dia, reklamasi adalah jawaban atas masalah kelangkaan lahan dengan harga yang sudah tidak masuk akal. Singapura yang lahannya terbatas, juga melakukan ekspansi ke laut.
"Sekarang lihat, Ancol jadi kawasan modern, kawasan rekreasi, hiburan dan wisata terpadu. Sebagian orang Jakarta mungkin pacarannya di Ancol," seloroh Ciputra.
Hal ini pula yang kelak dilakukan Ciputra di Kota Makassar Sulawesi Selatan, melalui CitraLand City Losari. (Baca: Resmi, Megaproyek Center Point of Indonesia Jatuh ke Tangan Ciputra)
Ciputra melalui tentakel PT Ciputra Surya Tbk menggandeng PT Yasmin Bumi Asri membentuk KSO Ciputra Yasmin untuk merealisasikan megaproyek senilai Rp 3,5 triliun tersebut. (Baca: Garuda Raksasa di Kawasan Timur Indonesia)
"Kami akan melakukan reklamasi seluas 106,41 hektar dari total area pengembangan Center Point of Indonesia 157,23 hektar. Seluas 50,47 hektar di antaranya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan," papar Direktur Utama PT Ciputra Surya Tbk, Harun Hajadi.
Dalam pandangan Ciputra, Makassar punya potensi besar untuk sejajar dengan Jakarta, Surabaya, bahkan Singapura. Kota ini bisa dirancang lebih modern, sebagai gerbang Indonesia Timur.
Makassar itu kaya. Makassar itu, masa depan Indonesia. "Kami punya empat proyek di sana. Setiap tahun penjualannya selalu meningkat, Rp 1 triliun, Rp 1,5 triliun," ungkap Ciputra. (Baca: Rp 30 Triliun Bakal Mengucur di Losari)
Putra mahkota
Ciputra menyadari, usianya tidak muda lagi. Gestur tubuhnya tidak gesit lagi, namun dia tak pernah berhenti memproduksi ide-ide dan pandangannya ke depan tentang properti.
Oleh karena itu, Ciputra telah mempersiapkan organisasi, capacity building, dan juga personal-personal muda yang mumpuni di bidangnya. Termasuk putera-puteri, dan cucu-cucunya.
"Tantangan sektor properti Indonesia saat ini semakin kompleks. Bahkan tingkat kesulitannya lebih tinggi dibanding saat saya memulai dulu. Semakin banyak pesaing baik dari dalam negeri maupun asing, berbagai regulasi baru, tren baru, dan masalah kelangkaan lahan," urai dia.
Menurutnya, semua sudah mendapatkan dan melakukan peran yang dia harapkan. Rina, Junita, Candra, Cakra sebagai anak kandung maupun Budiarsa dan Harun sebagai menantu telah menorehkan prestasi melalui peran masing-masing.
Karena itulah, aku Ciputra, sudah sejak lama dia membagi-bagi porsi peran mereka ke dalam tiga pilar utama dalam bentuk "sub-holding 1, 2, dan 3" di bawah bendera Ciputra Group.
"Sub-holding 1 merupakan tanggung jawab Rina dan Budiarsa, sub-holding dua porsinya Harun dan Junita, sub-holding 3 buat Candra dan Cakra," papar Ciputra.
Namun, sebelum sampai pada alokasi peran dan tugas tersebut, Ciputra sebelumnya telah mempersiapkan pendidikan moral, teknik dan keterampilan, serta menanamkan jiwa kewirausahaan.
Tanpa pendidikan moral sebagai ruh utama dari seorang manusia, kata Ciputra, pasti akan ditelan peradaban.
"Karena itu, saya mengutamakan moral. Bisnis harus jujur. Kalau dia pinter, sekolah di luar negeri tapi tidak jujur, dia tidak akan bisa bertahan lama," tuntasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.