KOMPAS.com - Setengah dari kota-kota cerdas di dunia bisa ditemukan di luar Amerika dan Eropa. Menurut studi terbaru dari perusahaan riset IHS dan Frost & Sullivan, kota-kota cerdas baru itu lahir pada 2025 mendatang.
Timur Tengah adalah satu dari beberapa wilayah yang akan dipenuhi oleh kota-kota cerdas ini. Wilayah ini diharapkan dapat mencapai tingkat pertumbuhan tertinggi di dunia baik dari lalu lintas mobilitas data maupun cloud pada tahun 2018.
Kota-kota di wilayah ini memiliki potensi untuk menjadi kota cerdas. Beberapa di antaranya bahkan sudah mulai memanfaatkan konektivitas untuk berubah menjadi kota yang lebih cerdas.
Tel Aviv, misalnya, memenangkan pengakuan internasional pada tahun 2014 untuk program Digi-tel, yang memberikan layanan personal kepada warga kota menggunakan analisis data.
Dubai juga aktif mengejar ambisinya untuk menjadi kota cerdas dunia pada 2017, termasuk melalui peluncuran terbaru dari aplikasi mobil "one-stop shop".
Aplikasi ini berfungsi untuk mengakses layanan pemerintah dan penyebaran 100 stasiun bus di seluruh negara awal tahun depan.
Langkah ini menunjukkan keinginan untuk menangkap peluang teknologi seperti halnya respon terhadap tren demografi.
Urbanisasi
Menurut data Bank Dunia, populasi di dunia Arab diharapkan dua kali lipat pada tahun 2050, sementara tingkat urbanisasi bisa mencapai 70 persen pada pertengahan abad.
Urbanisasi negara-negara Teluk bahkan sudah di atas 80 persen. Tekanan terasa terutama di kota-kota yang punya masalah seperti kemacetan lalu lintas, peningkatan penggunaan energi dan tekanan air tinggi.
Oleh karena itu, untuk kota-kota Timur Tengah, menjadi kota cerdas bukan hanya pilihan tetapi justru diperlukan dan cepat diwujudkan.
Jadwal World Expo dan Piala Dunia memberikan motivasi penting bagi UEA dan Qatar untuk menunjukkan hasil kota cerdas pada tahun 2020 dan 2022.
Batas waktu yang ketat juga menunjukkan bahwa inisiatif kota cerdas harus memanfaatkan sumber daya dan dukungan tingkat tinggi pemerintah.