Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori Baru Arsitektur, "Stonehenge" Struktur Bangunan Dua Lantai

Kompas.com - 03/02/2016, 08:20 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Dia menerangkan, teori ini telah dibahas dengan para ahli. Beberapa dari mereka setuju dengan interpretasinya terkait penggunaan bangunan. Namun para ahli lain sangat tidak setuju dan sependapat untuk tampilan tradisionalnya.

Ewbank berspekulasi, sisi rumah terbuat dari kayu oak dan atap jerami. Tentu saja, kayu atau jerami tersebut sangat tidak mungkin akan bertahan ribuan tahun seiring keberadaan Stonehenge saat ini.

Dengan demikian, menemukan bukti fisik untuk teori selain tata letak batu sendiri adalah hal yang tidak mungkin.

Bahkan, dia mengatakan, banyak orang telah bertanya apakah ada bukti atas keberadaan atap itu sendiri. Ewbank menunjukkan, biara berusia 500 tahun saja telah kehilangan atap.

"Jadi jangan berharap untuk menemukan struktur kayu yang tergeletak di sekitar situs yang berdiri setelah 4.000 tahun," katanya.


Penguatan teori

Ewbank pun membuat daftar beberapa alasan untuk menguatkan teorinya. Alasan pertama, adanya salah satu batu yang disebut "ambang pintu". Kedua, batu-batu biru memiliki alur di dalamnya untuk tujuan struktural.

Alasan ketiga, jarak trilithon tepat untuk mendukung empat kerangka atap. Perbedaan tinggi antara trilithon memungkinkan peningkatan dari kerangka tersebut.

Untuk membentuk kerangka besar, hanya dibutuhkan delapan kayu oak berkuran 16 meter. Usia perunggu ek sangat mungkin lebih tua dan lebih baik daripada yang tersedia saat ini.

Hal tersebut dapat dilihat dari bangunan kapal di waktu lampau yang dibuat menggunakan pohon oak, memiliki ukuran yang besar.

"Jika orang-orang zaman Perunggu mampu menggali, bergerak dan membentuk batu yang beratnya 20 sampai 50 ton, mereka juga membentuk atap dengan pohon oak," sebut Ewbank.

Ia menambahkan, para arkeolog sangat terobsesi dengan penentuan tangga dan makna dari Stonehenge. Ewbank berpikir hal tersebut sebagai kehancuran. Dengan kemampuan desain, ia bisa bekerja di luar dari apa yang telah dipikirkan selama ini.

Jika merunut kembali ke Zaman Perunggu, saat itu masih penghujan. Menurut dia, tidak masuk akal jika memindahkan 75 batu besar saja untuk bisa menari di sekitarnya selama dua kali dalam setahun.

"Jika Anda menempatkan atap di atasnya, Anda dapat menggunakannya sepanjang tahun," jelas Ewbank.

Sementara itu, orang-orang kuno rupanya memindahkan batu tersebut dengan jarak cukup jauh. Arkeolog mengumumkan pada bulan Desember tahun 2015 bahwa mereka menemukan lubang yang berada tepat di tonjolan batu di Wales dari batu asal Stonehenge.

Hal ini mengungkapkan bahwa batu ini digali 500 tahun sebelum mereka dirakit menjadi lingkaran batu terkenal yang masih berdiri hari ini di Wiltshire, Inggris.

Penemuan dramatis tersebut menunjukkan bahwa beberapa batu yang membentuk monumen kuno pertama kali didirikan sebagai struktur di Wales dan kemudian dibongkar, diangkut, dan disusun kembali lebih dari 140 mil jauhnya di Salisbury Plain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com