Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Surabaya, Tidak Bandung atau Yogyakarta?

Kompas.com - 22/01/2016, 11:43 WIB
Hilda B Alexander

Penulis


"Paling jauh Bogor dan Jakarta. Itupun sudah merupakan area pengembangan sendiri. Sementara Yogyakarta hanya cocok untuk dikembangkan properti-properti menengah ke bawah," cetus Ferry.

Hal lainnya adalah, Surabaya sarat fasilitas dan kegiatan edukasi. Banyak perguruan tinggi level Nasional dengan akreditasi A yang menarik mahasiswa dari seluruh Indonesia untuk belajar di sana.

Orang tua para mahasiswa tersebut lebih memilih membeli properti ketimbang menyewanya. Karena dengan membeli, properti tersebut bisa dijadikan sebagai tempat tinggal anak-anaknya dan juga sekaligus sebagai instrumen investasi.

"Itulah mengapa kemudian apartemen-apartemen Educity yang dikembangkan Pakuwon Group laris manis. Padahal harganya tak bisa dibilang murah. Sekitar Rp 16 juta-Rp 20 juta peer meter persegi," kata Ferry.

Faktor berikutnya adalah banyak komunitas non-formal yang demikian kuat eksistensinya. Mereka berbisnis besi, baja ringan, makanan olahan, dan lain-lain yang ingin menunjukkan pengaruhnya dengan membeli properti-properti high profile di Surabaya.


Ferry berkisah, komunitas non-formal inilah yang "memborong" produk-produk properti Pakuwon Group dengan pembelian minimal satu lantai. 

Besarnya pasar Surabaya juga diakui Wakil Presiden Direktur PT Intiland Development Tbk, Sinarto Dharmawan. Menurut dia, Surabaya tak akan kehabisan pembeli properti. Bahkan untuk properti dengan harga di atas Rp 5 miliar pun, ceruknya cukup besar.

"Kami mampu mencetak penjualan sekitar Rp 1 triliun untuk apartemen Graha Golf dan The Rosebay Graha Famili," ungkap Sinarto, Senin (18/1/2016).

Sementara PT Ciputra Surya Tbk., sudah membuktikan besarnya pasar Surabaya dengan pengembangan Ciputra World Office di kompleks pengembangan Ciputra World Surabaya, Jawa Timur.

Ciputra World Office merupakan perkantoran strata dengan luas bangunan 40.316 meter persegi setinggi 23 lantai. 

 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau