KOMPAS.com - Direktur Jenderal UNESCO, Irina Bokova, mengumumkan penunjukan 47 kota dari 33 negara sebagai anggota baru dari UNESCO Creative Cities Network.
Hasil penilaian tahun ini menjadi saksi peningkatan dalam hal keragaman dan representasi geografis dengan 22 kota dari negara yang tidak terwakili sebelumnya.
UNESCO Creative Cities Network merupakan potensi besar untuk menegaskan peran budaya sebagai alat pembangunan berkelanjutan.
"Saya ingin mengakui banyak kota baru dan negara-negara yang memperkaya jejaring dengan keanekaragaman mereka," ujar Iriana Bokova, saat UNESCO merayakan ulang tahun ke-10 Konvensi tentang Perlindungan dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya, Jumat (11/12/2015).
Diluncurkan pada tahun 2004, UNESCO Creative Cities Network sekarang terdiri atas 116 kota di seluruh dunia.
Tujuan kegiatan ini adalah mendorong kerjasama internasional dengan dan antar-kota agar berkomitmen untuk berinvestasi dalam bidang kreativitas sebagai poros penggerak pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, inklusi sosial dan semangat budaya.
Bergabung dengan UNESCO Creative Cities Network, kota-kota berkomitmen untuk berkolaborasi dan mengembangkan kemitraan dengan maksud mempromosikan kreativitas dan industri budaya.
Selain itu, juga untuk berbagi praktik terbaik, memperkuat partisipasi dalam kehidupan budaya, dan mengintegrasikan budaya dalam strategi pembangunan ekonomi dan sosial.
UNESCO Creative Cities Network memiliki tujuh bidang kreatif yang dikelola secara berkelanjutan, yakni kerajinan dan kesenian rakyat, desain, film, gastronomi, sastra, media dan seni musik.
Bandung masuk dalam kategori desain bersama dengan Budapest (Hungaria), Kaunas (Lithuania), Puebla (Meksiko), Singapura (Singapura), dan Detroit (Amerika Serikat).
Gelar ini merupakan suatu kehormatan sekaligus pengakuan terhadap suatu kota yang memiliki warisan desain dan komitmen untuk mempromosikan industri budaya dan kreatif.
Menurut Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, perjalanan Kota Bandung mendapatkan penghargaan itu cukup terjal.
Kota Bandung harus menunggu sampai tiga tahun hingga gelar itu diumumkan pada tanggal 11 Desember 2015 lalu.
"Kita menunggu tiga tahun mendaftar saat saya belum jadi wali kota itu tahun 2012. Tahun lalu gagal karena ada persyaratan yang tidak terpenuhi. Alhamdulillah tahun ini dapat anugerah itu," kata Ridwan Kamil.
Dengan mendapatkan gelar Kota Desain, Bandung sejajar dengan Detroit yang juga memperoleh gelar serupa. Hal tersebut sekaligus menjadikannya kota desain pertama di Amerika Serikat.
Aplikasi Detroit untuk UNESCO telah diajukan oleh DC3, jaringan berusia lima tahun yang didirikan oleh Business Leaders for Michigan.
Jaringan ini berkomitmen untuk mendorong bidang kreatif di negara bagian tersebut. Aplikasi ini juga menyertakan video dari pembuat film pemenang Emmy Award Stephen McGee yang menyorot hubungan antara sejarah kota dan pengembangan kota saat ini.
"Detroit kaya akan warisan desain. Termasuk Eames, Knoll, Bertoia, Diffrient, Rapson, Weese, Saarinen, Libeskind, Yamasaki, Kahn, Dow, Earle, dan sejumlah orang lain yang berkembang di kota ini," ujar direktur eksekutif interim DC3 Ellie Schneider.
Di kota ini, lanjut Schneider, desain terus memainkan peran penting dalam perekonomian. Gelar ini penting karena mencerminkan kontribusi perusahaannya untuk komunitas desain global, secara historis dan hingga hari ini.
Sementara Bandung dengan upaya-upaya mutakhirnya, mengalami perubahan eksponensial. Warga dan komunitas yang terlibat di dalamnya telah menjadi kekuatan utama bagi kota ini untuk bertransformasi secara dinamis.
Industri budaya dan kreatif, mendapat tempat luas untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini dibuktikan dengan pengembangan berbagai sarana dan prasarana yang mengakomodasi kegiatan dan keebutuhan insan-insan kreatif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.