"Kita targetkan selesai Desember. Mulainya sejak Oktober," ujar Arsitek Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia Arya Abieta kepada Kompas.com, di Kota Tua, Jumat (13/11/2015).
Arya menuturkan, perencanaan konservasi berlangsung 2-3 minggu sebelumnya. Secara kebetulan, dua bangunan ini sudah sempat diperbincangkan dalam workshop yang digelar untuk sejumlah komunitas beberapa minggu sebelum pembangunan.
Dengan demikian, Arya sudah lebih dulu melakukan studi dan mendapatkan datanya. Segera setelah data dan perencanaan selesai, konservasi pun dilakukan. Meski demikian, seringkali pelaksanaan konservasi di lapangan berbeda dari perencanaan.
"Dalam perencanaan, mungkin kita bisa memetakan masalah gedung adalah A, tapi setelah kita buka, ternyata masalahnya A, B, dan C," jelas Arya.
Di Kafe Historia, perbaikan dilakukan pada kuda-kuda baja pada atap dan talang, teritisan, dinding bata lantai dua, tangga, dan pemasangan instalasi elektrikal.
Sementara itu, Arya menambahkan, program UNESCO ini adalah berupa bantuan bagi masyarakat atau komunitas yang peduli terhadap bangunan bersejarah.
Komunitas ini kemudian mencari bangunan mana yang bisa diperbaiki dan disempurnakan. Dalam perjalanannya, hanya dua gedung ini yang terdaftar untuk dikonservasi.
Arya berharap konservasi bisa dilakukan lebih banyak lagi, karena bangunan bersejarah di kawasan Kota Tua cukup banyak. Ia memperkirakan, para pemilik gedung tidak menerima informasi tersebut.