JAKARTA, KOMPAS.com - Semakin padatnya Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia membutuhkan solusi komprehensif untuk mengatasinya. Gelaran The Sixth Asia Pacific Urban Forum (APUF-6) bisa menjadi upaya pemerintah untuk membuat kota metropolitan lebih baik.
Melalui APUF-6, Indonesia menunjukkan keterlibatannya secara aktif dalam penyusunan Agenda Baru Perkotaan. Selain itu, APUF-6 juga menjadi wahana Indonesia membuktikan komitmen dalam mewujudkan kota berkelanjutan di masa depan.
Kota berkelanjutan merupakan tema khusus APUF-6. Pemilihan tema ini tak terlepas dari kebutuhan penduduk akan kota yang layak huni dan berkelanjutan secara inklusif.
"Kota itu harus lebih ramah terhadap penduduk. Kota juga harus jadi tempat tinggal yang nyaman bagi semua orag, dan ke depannya menjadi engine of growth, mesin penggerak ekonomi, sehingga kota akan menjadi kompleks," jelas Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Andreas Suwono, di Jakarta, Selasa (19/10/2015).
Andreas menambahkan bahwa kota harus mampu menyediakan tempat tinggal yang nyaman, berkualitas dan memiliki infrastruktur memadai. Produktivitas juga menjadi kunci bagi sebuah kota jika ingin bertransformasi ke arah kota berkelanjutan atau yang kerap disebut sustainable city.
Jika dikumulasikan, Jakarta kini menanggung sekitar 10-15 juta penduduk di pundaknya. Jumlah ini, tentu saja tidak ideal bagi sebuah kota yang memiliki rencana kota berkelanjutan di masa depan.
Untuk mengurangi beban Jakarta, pemerintah memprioritaskan pertumbuhan di kota-kota sedang dan kecil, membagun wilayah pinggiran, dan menciptakan lapagan pekerjaan. "Jadi orang itu nggak harus ke kota besar dan semakin membebani kota besar," papar Andreas.
Kota-kota pinggiran skala sedang dan kecil yang akan dibangun merupakan kota-kota dengan lokasi berjauha dari Jakarta. Idealnya, kota di luar Pulau Jawa akan mendapat perhatian lebih oleh pemerintah. Kota-kota kecil dan sedang tersebut nantinya akan dirancang memiliki berbagai macam sentra usaha.
"Pertama, kami akan memastikan kegiatan manufaktur di setiap kota tersebut karena agrikultur sudah tidak memungkinkan lagi memberikan kesuksesan. Kota-kota sedang dan kecil itu harus didorong menjadi kota-kota yang memiliki usaha manufaktur sehingga orang tidak lagi ke pusat," tutup Andreas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.