KOMPAS.com - Sebuah studi menarik yang dilansir Economist Intelligence Unit (EIU) mengaitkan antara harga, dan pendapatan terhadap daya beli warga di 71 kota seluruh dunia.
Sudah menjadi rahasia publik bahwa New York, Amerika Serikat, merupakan representasi nomor wahid sebagai kota termahal dengan indeks biaya tinggi untuk keseluruhan barang, dan jasa yang ditawarkan.
Namun, jika Anda bekerja di kota ini, tak butuh waktu kerja panjang untuk dapat membeli gawai sekelas iPhone 6. Anda hanya cukup bekerja selama 27 jam, gawai keluaran Apple Inc tersebut sudah dalam genggaman.
Demikian halnya bila Anda memotong rambut di Jakarta, tentu akan jauh lebih murah ketimbang melakukan aktivitas yang sama di New York.
Perbedaan ini dikenal sebagai daya beli dalam matriks ekonomi yang menjelaskan banyaknya uang yang Anda keluarkan untuk membeli barang, dan jasa.
Selain New York, Zurich dan Jenewa di Swiss, juga menempati daftar teratas kota termahal di dunia. Menurut ekonom UBS, lonjakan nilai mata uang Franc Swiss telah mendorong dua kota ini menjadi lebih mahal daripada tahun-tahun sebelumnya.