Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta "World Class City" Masih Mimpi

Kompas.com - 23/09/2015, 15:55 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mengklaim Jakarta telah bertransformasi menjadi kota kelas dunia atau world class city. Klaim beserta foto sudut-sudut Jakarta terkini menjadi viral di media sosial.

Namun, benarkah Jakarta sudah pantas disebut kota internasional?

Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro berpendapat, bahwa a world class city berarti kota berkelas dunia yang sudah memiliki karakter, vibrancy, kelayakan huni, kecerdasan melayani warganya dengan taraf yang sama dengan kota-kota berpredikat kelas dunia lainnya.

"Jadi klaim mereka yang menyatakan Jakarta sebagai a world class city itu, it's not a joke nor it's a reality, it's a wish on progress (itu bukan lelucon ataupun realita, itu sebuah harapan yang sedang diwujudkan)," tutur Bernardus kepada Kompas.com, Rabu (23/9/2015).

Senada dengan Bernardus, Urbanis Indonesia Bambang Eryudhawan juga mengatakan tahbis Jakarta sebagai kota berkelas dunia bukan banyolan, bukan pula realita.

"Itu harapan. Masih mimpi. Sah-sah saja mereka mengklaim. Semua boleh merasa yang terbaik versinya masing-masing. Namun, tentu ada versi yang lebih dapat dipertanggungjawabkan," ujar Yudha, sapaan karib Bambang Eryudhawan.

Facebook/Tommy Setiotomo Foto Waduk Ria Rio yang diposting pemilik akun Facebook Tommy Setiotomo
Jakarta dari sisi desain publik, kata Yudha, masih buruk. Dia mencontohkan, kondisi sarana dan prasana dasar macam jembatan, taman, gardu listrik, lampu kota, jam kota, bak sampah, dan lain-lain yang rancangannya masih kurang baik.

Selain itu, tambah Yudha, Jakarta juga masih bermasalah dengan tingkat polusi, ketersediaan rumah warga (public housing), aksesibilitas, kualitas sekolah, minim ruang terbuka hijau, toilet publik, pusat kesenian, pusat kesehatan berkualitas, dan lain-lain.

"Pendek kata, Jakarta dalam proses menuju kota yang lebih baik. Namun tentu bukan semata tugas pemerintah, tapi juga gerakan dari masyarakatnya ikut memegang peran penting," ucap Yudha.

Apa itu kota kelas dunia?

Kota berkelas dunia itu sendiri, menurut Bernardus, dapat diintepretasikan secara sangat luas. Namun kalau kita berpatokan pada berbagai ukuran yang dilansir institusi dunia yang biasa melakukan penelitian atas kota-kota seperti Mercer, World Cities Study Group by Loughborough University Inggris, PricewaterhouseCooper, Economist Intelligence Unit, dan lain lain, maka jelas benang merahnya.

KOMPAS/PRIYOMBODO Kemacetan di Jalan Mampang Prapatan dari arah Mampang menuju Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (8/3/2015). Kemacetan di sejumlah ruas jalan Ibu Kota dan kota sekitarnya terjadi tidak hanya pada hari kerja, tetapi juga saat libur akhir pekan.
Seperti juga yang dilakukan IAP melalui Indonesia Most Livable City Index, benang merah kota global adalah daya saing, kelayakan huni, vibrancy, dan kesiapan menghadapi bencana. Hal-hal tersebut diindikasikan dalam berbagai elemen tata kota seperti kualitas dan ketersediaan infrastruktur, kepastian hukum dan kepemilikan yang dimanifestasikan dalam bentuk rencana kota yang mumpuni, tingkat kenyaman hidup dan kualitas lingkungan hidup dengan standar dunia.

"Lebih jauh lagi, aspek governance dan pelayanan kota menjadi sangat menentukan," sebut Bernardus.

Dia menjelaskan, Jakarta dengan pesona dan posisi strategisnya dalam percaturan geopolitik regional, masih harus banyak berbenah untuk menjadi kota kelas dunia. Selama kota ini masih berpeluang disalah-arahkan pembangunannya karena korupsi izin pemanfaatan ruang, kualitas air dan udara yang buruk, tumpulnya aspek birokrasi dalam menyusun kebijakan kota tentang ketahanan terhadap potensi perubahan iklim, kota ini masih belum pantas disebut world class.

Jessi Carina Kondisi Kali Ciliwung yang berada di sepanjang Jalan Latuharhari dipenuhi sampah. Padahal, seharusnya kali ini bersih karena sampah sudah tersaring di Pintu Air Manggarai.
Semangat dan kehidupan sisi kota terbentuk oleh peluang yang diciptakan. Hampir tidak terlihat regenerasi urban yang tuntas. Tingkat kemacetan dan biaya tinggi masih menjadi penghalang besar yang membuat ibu kota Indonesia ini jadi tidak terlalu kompetitif.

"Namun demikian, Jakarta tetaplah kota yang menarik dan mempunyai magnet tersendiri. Dengan gula-gula pertumbuhan ekonomi, peningkatan kelas menengah dan posisi geopolitik," tandas Bernaruds.

Jakarta, walau bagaimanapun, akan tetap menarik. Kekurangan di sana-sini, kekhasan kehidupan lokal, hiburan malam, kuliner dan interaksi sosial tetap menjadikan Jakarta memiliki pesona sebagai "hidden secret of Asia".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com