"Urbanisasi akan terus terjadi. Proses ini tidak bisa dielakkan dan berlangsung terus. Urbanisasi merupakan tantangan ke depan. Kalau bisa dimanfaatkan, akan ada keuntungannya," ujar Dwityo di Jakarta, Jumat (16/10/2015).
Tantangan perkotaan di Indonesia, kata Dwityo, adalah sumber daya alam, finansial, sumber daya manusia, infrastruktur, modal sosial, dan institusi terbatas. Untuk itu, perlu ada penyusunan kebijakan perkotaan ke depan.
Urbanisasi sebaiknya tidak dilihat sebagai kendala. Sebaliknya, urbanisasi bisa memberikan nilai tambah dari sisi ekonomi lokal, pendidikan, kesehatan, teknologi yang lebih baik lagi. Hal inilah yang mendasari UN Habitat menggelar Agenda Baru Perkotaan 2015.
APUFY merupakan perkumpulan pertama dari organisasi dan kelompok kaum muda yang berbeda. Tujuannya adalah untuk melakukan diskusi seputar agenda perkotaan di tingkat regional. Perkumpulan ini menawarkan langkah-langkah penguatan kerjasama konstruktif dengan kaum muda sebagai pemangku kepentingan dari isu-isu perkotaan di kawasan Asia Pasifik.
Tahun ini, APUFY diselenggarakan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Acara tersebut juga mendapat dukungan dari PBB untuk program pemukiman UN-Habitat dan Asian Development Bank (ADB). Mitra kerja lainnya yang ikut berpartisipasi termasuk organisasi pemuda, kelompok masyarakat, dan akademisi maupun lembaga ilmu pengetahuan.
Adapun, puncak acara dilaksanakan dalam bentuk pertemuan tingkat tinggi lanjutan PrepCom III untuk wilayah Asia Pasifik di Surabaya, Juli 2016. Serangkaian acara ini merupakan bagian persiapan negara-negara menuju Konferensi Habitat III, yang akan menyepakati agenda baru perkotaan atau "New Urban Area".