KOMPAS.com — Setelah pensiun memproduksi film, animator Jepang legendaris, Hayao Miyazaki, membawa visinya ke dunia nyata. Sutradara berumur 74 tahun ini membangun taman untuk anak-anak di sebuah pulau terpencil di selatan Jepang.
Ide di balik proyek ini adalah memberikan pelajaran bagi anak-anak agar mengapresiasi alam melalui pengalaman langsung. Taman tersebut akan dibangun dalam hutan yang belum terjamah, seluas 10.000 meter persegi, dengan fasilitas yang mengintegrasikan bangunan dan alam. Lokasinya di Pulau Kumejima, terletak sekitar 88,5 km barat dari Pulau Okinawa.
Sebuah asrama setinggi dua lantai untuk menampung 30 anak juga akan dibangun di lokasi bekas taman bermain, yang disumbangkan kota Kumejima untuk proyek tersebut. Miyazaki menghabiskan sekitar 2,5 juta dollar AS atau Rp 37 miliar untuk investasi proyek taman ini.
Miyazaki berharap, fasilitas taman tersebut harus dapat mengangkat perekonomian di pulau yang tergolong kecil ini. Untuk itu, dia akan mengerjakan desain dan konstruksi bersama perusahaan lokal dengan konsep "made in Kumejima" atau "yang dibuat di Kumejima".
Sutradara ini juga berkonsultasi dengan warga kota setempat untuk memutuskan bagaimana cagar alam ini akan dijalankan. Konstruksinya sendiri akan dimulai pada April 2016, dan dijadwalkan selesai pada 2018.
Hayao Miyazaki membangun taman untuk anak-anak di sebuah pulau terpencil di selatan Jepang. Sutradara berumur 74 tahun ini berinvestasi 2,5 juta dollar AS dalam pembangunannya.
Miyazaki, yang pernah disebut "pembuat film animasi terbaik dalam sejarah", adalah pemerhati lingkungan dan berkontribusi besar terhadap penyelesaian masalah sosial di Jepang. Film-filmnya sangat berkaitan dengan alam.
Dari debutnya sebagai sutradara, The Castle of Cagliostro (1979), dan film Spirited Away (2001) yang memenangkan predikat film animasi terbaik Oscar, serta karya terakhirnya, The Wind Rises (2013), memiliki tema yang berulang soal keterkaitan manusia dengan alam.
Miyazaki juga menyatakan keprihatinannya karena semakin sulit untuk mencapai jiwa anak-anak dengan alam dalam pembuatan film karena gangguan-gangguan konsumerisme dan kehidupan digital saat ini. "Utopia hanya ada di kehidupan masa kecil seseorang," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.