Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hongkong di Antara Demonstrasi, CY Leung, dan Pasar Properti

Kompas.com - 06/10/2014, 17:18 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Wajah Pemimpin Eksekutif Hongkong, CY Leung, sedikit mengeras, saat memohon pengunjuk rasa untuk menghentikan aksi demonstrasi pro demokrasi pemilihan langsung, Senin (6/10/2014).

Dalam pernyataan resminya yang disiarkan seluruh televisi dunia, Leung mengatakan para pengunjuk rasa harus memperbolehkan warga Hongkong lainnya "kembali bekerja dan menjalani kehidupan normal" dan mengakhiri aksi protes yang sudah berlangsung sepekan itu.

Jika aksi protes masih berlanjut, Leung mengancam akan menggunakan cara apapun untuk membubarkan pengunjuk rasa. "Pemerintah dan kepolisian memiliki tanggung jawab untuk mengembalikan tatanan kehidupan dan membuat kota beserta tujuh juta warganya kembali hidup normal," ujar Leung.

Gestur Leung tersebut, dinilai kolomnis London Evening Standard, Peter Bill, tidak mewakili sosok 46 tahun yang dilihatnya saat interview pada Oktober 2000 silam di hotel Frankfurt. Mimik keras dengan guratan dalam, kini lebih mendominasi paras Leung yang sebelumnya mulus itu.

"Saat itu, Leung telah bergabung dan menjadi agen properti DTZ Debenham Tie Leung Limited. Dia memiliki banyak koneksi di Beijing. Sehingga DTZ menganggapnya sebagai sosok penting. Namanya menjadi merek perusahaan setelah Leung mengambil alih DTZ," tulis Bill.

Leung kemudian sukses membawa DTZ sebagai salah satu perusahaan konsultan properti terkemuka di Hongkong. Perusahaan ini bersaing ketat dengan konsultan properti lainnya, sebut saja JLL, Cushmand & Wakefield, Savills, dan Knight Frank.

Leung meninggalkan rekam jejak yang kuat sebelum menjadi pemimpin eksekutif Hongkong pada 1 Juli 2012. DTZ saat itu punya 19 kantor cabang di seluruh Tiongkok dengan 24.000 agen. Sementara JLL yang dulu menjadi mentor Leung, punya 1.700 staf, dan Savills dengan 5.200 agen yang tersebar di 14 kantor cabang.

Kini, perusahaan-perusahaan konsultan properti tersebut mengkhawatirkan kondisi politik Hongkong. Mereka beranggapan ketidakstabilan politik akan memengaruhi kondisi pasar properti, terutama penjualan perumahan.

"Kami sedang melakukan tinjauan operasional di Tiongkok.  Kami tetap akan tinggal, tetapi perdagangan rumah sangat sulit di tiga kantor utama kami di sana. Kami hanya perlu untuk bekerja di luar cara yang lebih baik untuk membangun platform baru," kata mitra senior Knight Frank, Alistair Elliott, Jumat, (3/10/2014), sebelum unjuk rasa menjadi berita utama.

Knight Frank mencatat kenaikan omset 2 persen menjadi 393 juta poundsterling hingga Maret 2014. Demikian halnya dengan laba yang meroket 33 persen menjadi 137 juta poundsterling. Dan kantor ini mencatat bayaran tertinggi yang diperoleh mitra lokalnya senilai 1,8 juta poundsterling.

"
Kita perlu bermitra dengan orang yang kita kenal dan percaya di Tiongkok. Jika tidak, kami akan pergi untuk berhati-hati, dan hanya mengandalkan pertumbuhan organik," ujar Elliot.

Penjualan positif

Kekhawatiran perusahaan-perusahaan konsultan properti tersebut tampaknya diametral dengan catatan penjualan di lapangan. Beberapa proyek properti baru yang tengah dipasarkan, disambut antusias pasar dengan tingkat  penjualan rerata lebih dari 90 persen.

Sebanyak 430 flat terjual yang berasal dari proyek gabungan ditawarkan New World Development yakni The Pavilia Hills di North Point, dan Double Cove III di Ma On Shan, yang digarap bersama oleh New World dan Henderson Land Development.

The Pavilia Hills yang ditawarkan sejumlah 129 flat, terjual 98 persen dengan harga rerata 26.907 dollar Hongkong per kaki persegi. Sementara penjualan Double Cove III mencapai 97 persen atau 188 unit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau