Menurut Head of Research JLL, Anton Sitorus, persebaran pembangunan properti tak bisa dielakkan karena terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang menstimulasi naiknya daya beli.
"Pembangunan masif dan sporadis dari subsektor-subsektor properti macam perumahan, apartemen, pusat belanja, hotel merupakan konsekuensi logis dari pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya beli. Karena kebutuhan juga ikut berubah dan meningkat," papar Anton, Jumat (22/8/2014).
Mudah dimafhumi, kinerja penjualan properti, terutama residensial tapak menjadi pemasok keuntungan (kontributor) terbesar terhadap total pendapatan para pengembang properti.
"Hanya, bila sekarang yang paling kuat itu adalah subsektor hunian tapak, bukan berarti subsektor perkantoran dan apartemen tidak mendapat tempat di daerah. Akan ada waktunya semua terserap pasar, karena toh, yang namanya kota modern pasti akan berkembang terus seiring perubahan dan pertumbuhan kota," tandas Anton.
Perubahan dan pertumbuhan kota tersebut, salah satunya ditandai oleh pesatnya laju pertumbuhan harga lahan dan properti yang dibangun di atasnya.
Menurut Direktur Utama PT Ciputra Surya Tbk., Harun Hajadi, meski bervariasi, laju pertumbuhan harga lahan terjadi demikian pesat. Dalam lima tahun bisa mencapai sebesar 50 persen hingga 100 persen. Tergantung lokasi, peruntukan, dan ketersediaan transportasi publik.
"Namun, pada umumnya, lahan di kawasan yang sudah mapan, atau dibangun dengan pendekatan rancangan formal (terintegrasi) mengalami kenaikan cukup tajam sampai 100 persen. Untuk lahan-lahan komersial secara alamiah juga mengikuti. Ledakan pertumbuhan harga di daerah terjadi pada kurun 2010 hingga 2013. Tahun ini sudah lebih melambat," terang Harun, Sabtu (23/8/2014).
Kota-kota yang mengalami perkembangan sangat pesat di sektor properti baik perumahan, pusat belanja, hotel, dan perkantoran serta menunjukkan kinerja kenaikan harga tidak lagi terbatas pada ibu kota provinsi atau kota besar.
Menurut Anton, cakupannya sudah sedemikian luas. Termasuk kota sekunder dan kota kabupaten. Bahkan, Ciputra Group, memanfaatkan momentum ledakan properti ini dengan membangun di 34 kota di seluruh Indonesia, termasuk lima kota sekunder non ibu kota provinsi.
Dari riset Lamudi yang dikompilasi dengan catatan Kompas.com, terdapat kota-kota dengan pertumbuhan tertinggi berdasarkan perspektif kinerja kenaikan harga lahan dan properti:
1. Jakarta dan kawasan Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
2. Surabaya
3. Medan
4. Makassar
5. Bandung
6. Yogyakarta
7. Semarang
8. Manado
Kota-kota dengan perkembangan properti signifikan
1. Balikpapan
2. Palembang
3. Pekanbaru
4. Malang
5. Samarinda