Sayangnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono buru-buru meng-cut rencana yang diusulkan Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu. Rencana itu seakan menutup tirai di tengah "pertunjukkan" yang sedang seru-serunya, dan pembahasan akuisisi tersebut mulai dipelajari lebih banyak kepala. (Baca: "Akuisisi BTN Batal").
Melalui Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Presiden mengirim surat edaran kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri BUMN, serta manajemen Bank Mandiri dan BTN. Para menteri diminta tidak mengeluarkan pernyataan atau rencana kebijakan yang dapat meresahkan masyarakat. (Baca: Stop... Hanya Presiden yang Bisa Menghentikan Akuisisi BTN!).
"Pembahasan akuisisi ini harus ditunda sampai ada penjelasan yang komprehensif," ujar Dipo.
Jadi, rencana tersebut tak ditolak mentah-mentah. Hanya, menurut Menteri Keuangan Chatib Basri, proses akuisisi tetap harus melewati Komite Privatisasi.
Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.18/2006 tentang Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan, anggota tim ini adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri BUMN, Menteri Keuangan, dan menteri teknis terkait persero menjalankan kegiatan usaha. Tim privatisasi akan mempelajari, mengunyah, menimbang-nimbang, lalu hasilnya akan diputuskan dalam sidang kabinet.
Dahlan Iskan, Menteri BUMN yang mengajukan rencana konsolidasi perbankan pelat merah tersebut, tak bisa menutup penyesalannya. Dia menilai, negara kehilangan momentum mengkonsolidasikan perbankan sebelum Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang dimulai tahun depan. Dahlan membantah tidak memiliki kajian lengkap mengenai rencana akuisisi itu.
Seksinya BTN
Siapa yang tidak mengenal BTN? Meski tak akrab kenalan, masyarakat umum bisa mengidentifikasi bahwa BTN sebagai bank yang bisa membantu rencana pembelian rumah lewat Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Bukan karena bank lain tak menyalurkan kredit ini, tapi BTN menjadi satu-satunya bank yang fokus pada bisnis KPR.
Bisnis KPR dinilai seksi, mengingat kebutuhan akan rumah atau properti tak ada matinya. Di iklim yang sehat, harga properti juga akan terus naik sehingga selalu diperhitungkan sebagai instrumen investasi. Inilah potensi besar di balik BTN yang membuat bank ini diminati bank kakap lain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.