Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai Kontainer, "Klinik Berjalan" Ini Dirancang untuk Kawasan Tertinggal!

Kompas.com - 09/05/2014, 13:56 WIB
Tabita Diela

Penulis

KOMPAS.com - Pembangunan dan ketersediaan fasilitas umum di negara-negara Asia Tenggara belum rata. Di Indonesia sendiri, ada perbedaan yang nyata antara ketersediaan fasilitas kesehatan di Ibukota dan di kota-kota terpencil.

Hal serupa juga terjadi di Kamboja. Sebuah rumah sakit di Kamboja meminta bantuan organisasi nirlaba asal Inggris, Building Trust International (BTI), untuk membangunkan klinik "berjalan" bagi mereka.

Menurut co-founder BTI Louise Cole, BTI menjawab permintaan rumah sakit di Kamboja tersebut dengan membuat sayembara desain. Cole menuturkan, dari 200 karya sampai di meja penjurian, akhirnya, terpilih satu desain pemenang. Desain tersebut digubah oleh tiga orang asal Amerika Serikat.

Ketiga orang itu mendesain klinik yang dibuat dari kontainer pengiriman barang, atau shipping container. Kontainer sepanjang 164 kaki atau sekitar 50 meter tersebut diletakkan di atas truk.

Di dalam kontainer itu tersedia dua ruang periksa, sebuah dapur, kamar mandi, ruang penyimpanan, dan satu ruang tindakan medis. Semua kontainer tersebut akan disusun sebelum menjadi sebuah transportasi. Ketika tiba di lokasi, nantinya "klinik" itu juga akan dilengkapi dengan teras.

Tidak hanya berfungsi untuk kebutuhan medis, klinik ini pun diharapkan bisa pula dimanfaatkan untuk keperluan edukasi dan kegiatan komunitas di Kamboja.

Fastcoexist.com Klinik yang dibuat dari kontainer ini merupakan hasil desain Jhanéa Williams, Patrick Morgan, dan Simon Morgan asal Amerika Serikat.

"Idenya bukan membuat klinik ini mampu menyediakan jawaban bagi semua kebutuhan kesehatan penduduk daerah tersebut, namun juga akan menjadi permulaan prosesnya," ujar Jhanea Williams.

Williams mendesain klinik tersebut bersama Patrick Morgan dan Simon Morgan. Menurut Williams, penduduk setempat bisa mulai menyediakan tenaga dan modal yang diperlukan untuk membangun rumah sakit, jika mereka mulai dikenalkan dengan dunia medis dan berbagai teknik pentik.

Ide Williams dan tujuan yang lebih besar untuk mendidik penduduk sekitar "klinik berjalan" tersebut bukan satu-satunya alasan dia dan timnya menjadi pemenang. Rupanya, ide Williams dan dua Morgan itu relatif murah dibandingkan dengan hampir 200 ide lainnya. Menurut mereka, "klinik berjalan" itu bisa dibangun dengan biaya hanya sekitar Rp170 juta.

Biaya bisa ditekan dengan penggunaan panel solar sebagai sumber energi. Klinik tersebut juga meminimalisir penggunaan listrik dengan cara memastikan sirkulasi udara berjalan dengan baik. Klinik jadi tidak memerlukan sistem pendingin atau pemanas udara.

Klinik itu pun fleksibel. Jika diperlukan, klinik tersebut bisa menempati satu daerah mulai dari beberapa hari, bahkan tahunan. Menurut rencana, Natal tahun ini masyarakat sudah bisa melihat dan menikmati klinik berjalan tersebut di Kamboja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau